Islamic Thoughts: Kunci Self-development Menurut Islam

By Farah Mayu - February 01, 2021

Photo by cottonbro from Pexels

 DISCLAIMER: these are certain concepts used in the Qur'an that are explained in a complex manner in Islamic literature.

Apa itu Self-development dalam Islam?

Self-development adalah upaya meningkatkan diri secara sadar melalui penemuan diri (self-discovery), kesadaran diri (self-awareness), bantuan diri (self-help), dan evaluasi diri (self-evaluation).

Dengan kata lain yang lebih sederhana, itu membuat dirimu lebih baik.

Bukan hanya satu bidang, justru lebih baik dalam segala hal.

Lalu, apa itu Self-development dalam Islam?

Hal itu membuat dirimu menjadi lebih baik lagi sebagai seorang Muslim.

Ini adalah sebuah proses "Purification of your SELF". That's what it is.

Dalam konsep Islam, itu adalah Jihad-al-Nafs---atau Perjuangan Melawan Nafsu. Jihat terbesar dari semua jenis jihad.

Menjadi seorang Muslim yang lebih baik di sini bukan berarti mengerjakan aspek spiritualnya saja. Artinya menjadi Muslim yang lebih baik dalam setiap aspek kehidupan mengikuti prinsip pengembangan diri dalam Islam.

Proses (Self-development) Pengembangan diri dalam Islam pada zaman dulu tantangannya tentu berbeda karena mereka:

  1. Tidak harus berjuang melawan fitnah ekstrim seperti pada abad ini.
  2. Orang-orang yang hadir pada zaman Nabi Muhammad SAW memiliki referensi atau sumber suci mutlak langsung darinya. Sedangkan kita harus berjuang lebih keras untuk benar-benar terhubung dengan Islam melalui tanda-tanda yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
So I get it folks--The struggle is real. Period.

Jangan khawatir, justru lebih banyak perjuangan, akan lebih banyak pahala di Akhirat..

Allah berfirman di dalam Al-Qur'an: "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya)." 
[QS. An-Naazi'aat 79: 40-41]

Berdasarkan artikel motivasi-islami.com, terdapat tiga kunci utama bagi seseorang untuk bisa mengembangkan dirinya. Kunci tersebut di antaranya mampu menjawab secara jelas pertanyaan what, why, and how mengenai dirinya sehingga seseorang memiliki sebuah acuan untuk mengembangkan dirinya dengan tepat sasaran.

What atau 'apa' dalam konteks self-development itu ditujukan untuk mengetahui sebuah tujuan atau direction yang mana untuk mewujudkannya memang diperlukan adanya usaha dalam self-development. Pada hakikatnya Allah SWT telah menjelaskan bahwa terlahirnya setiap makhluk hidup tak terkecuali manusia ditujukan agar mereka senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Allah berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." [QS. Adz-Zariyat: 56]

Selain itu Allah SWT pun berfirman: "Yang membuat segala sesuatu yang menciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunan dari saripati air yang hina (air mani) kemudia Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) sedikit sekali yang tidak bersyukur." [QS. As-Sajdah: 7-9]

Kandungan ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diberi pendengaran, penglihatan dan hati hingga akal karena Allah SWT memberikan tanggung jawab kepada manusia sebagai seorang Khalifah yang menjaga keindahan dan kesejahteraan bumi Allah dengan menerapkan ajaran Agama Islam yang benar.

Photo by cottonbro from Pexels
Demikianlah, manusia datang ke alam semesta ini untuk melaksanakan tugas tertentu, dan itulah tujuan mereka. Kalau dia tidak mengerjakan tugas yang menjadi alasan kenapa ia datang, maka seolah-olah ia tak pernah mengerjakan apa-apa.

Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tapi semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu zalim dan amat bodoh." [QS. Al-Ahzab:72]

Amanah itu Kami tawarkan kepada langit, tapi ia merasa tak sanggup untuk memikulnya. Coba perhatikan berapa banyak akibat yang akan timbul dari amanah itu sehingga bisa membuat manusia kebingungan. Amanah itu bisa mengubah bebatuan menjadi akik dan nilam, menyulap pegunungan menjadi tambang-tambang emas dan perak, dan menyegarkan tanamah di bumi serta menghidupkannya kembali sebagai sebuah pemandangan yang sangat indah layaknya surga 'Adn. Juga tanah yang menerima bibit-bibit kemudian menghasilkan buah-buahan. Bumi yang menerima dan menampakkan raturan ribu keajaiban yang sulit dijelaskan. Kemudian giliran pegunungan yang membuahkan logam-logam yang melimpah ruah. Semua itu adalah produksi dari langit, bumi dan gunung. Akan tetapi semua itu tidak dilakukan sendiri oleh mereka, melainkan melalui perantara manusia:

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam." [QS. Al-Isra:70]--seluruh teks di atas dikutip dari buku "Fihi Ma Fihi" karya Jalaluddin Rumi (hal 54-55).

Seharusnya seorang muslim senantiasa mengemban tanggung jawab tersebut dengan semangat. Artinya kita telah diberi kuasa oleh Allah untuk membawa perubahan yang lebih baik dengan selalu menambah ilmu yang bermanfaat dan mengembangkan diri menuju hal yang positif. Semangat ini dapat menjadi suatu alasan lagi yang kemudian berkaitan dengan pertanyaan 'why' atau 'mengapa'.

Mengapa kita melakukan self-development? 

Apa alasannya?

Yang mana merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan sebuah motivasi.

Apakah karena ingin mencapai sesuatu atau karena pengalaman masa lalu yang cukup pahit yang mendorong kita untuk melakukan sebuah perubahan?

Ada baiknya kita betul-betul mengetahui dengan jelas apa alasan kita melakukan perubahan untuk menjadi seorang Muslim yang lebih baik agar tidak kehilangan arah dan senantiasa diberikan kemudahan selama prosesnya.

Agar dapat mencapai tujuan kita, maka perlu adanya usaha untuk mewujudkan self-development tersebut. 'Bagaimana' cara untuk menjadi Muslim yang lebih baik?

Dalam mengembangkan potensi diri kita bisa memulainya dengan membiasakan untuk mendisiplinkan diri. Sebetulnya ada satu cara sederhana untuk melihat kualitas disiplin seorang mukmin yaitu 'jika seorang mukmin mampu bangun pagi dan melaksanakan sholat subuh tepat waktu, maka kedisiplinan orang tersebut sudah mampu terlihat. Sebab, jika ingin memiliki kegiatan sehari-hari yang berkualitas, efektif dan bermanfaat maka semuanya pun harus bermula dengan hal yang baik. Bila sejak garis start saja kita sudah semangat, inshaaAllah dalam menjalankan kegiatan lainnya pun akan ikut baik'.

Selalu sempatkan waktu untuk intropeksi diri atas perbuatan kita dan senantiasa mensyukuri setiap pembelajaran hidup yang kita temui dalam proses mengembangkan diri ini dengan niat untuk menjadi Muslim yang lebih baik lagi dengan melalui proses yang akan membawa keberkahan di kemudian hari. 

InshaaAllah...

  • Share:

You Might Also Like

0 comments