DISCLAIMER: these are certain concepts used in the Qur'an that are explained in a complex manner in Islamic literature.
Apa itu Self-development dalam Islam?
Self-development adalah upaya meningkatkan diri secara sadar melalui penemuan diri (self-discovery), kesadaran diri (self-awareness), bantuan diri (self-help), dan evaluasi diri (self-evaluation).
Dengan kata lain yang lebih sederhana, itu membuat dirimu lebih baik.
Bukan hanya satu bidang, justru lebih baik dalam segala hal.
Lalu, apa itu Self-development dalam Islam?
Hal itu membuat dirimu menjadi lebih baik lagi sebagai seorang Muslim.
Ini adalah sebuah proses "Purification of your SELF". That's what it is.
Dalam konsep Islam, itu adalah Jihad-al-Nafs---atau Perjuangan Melawan Nafsu. Jihat terbesar dari semua jenis jihad.
Menjadi seorang Muslim yang lebih baik di sini bukan berarti mengerjakan aspek spiritualnya saja. Artinya menjadi Muslim yang lebih baik dalam setiap aspek kehidupan mengikuti prinsip pengembangan diri dalam Islam.
Proses (Self-development) Pengembangan diri dalam Islam pada zaman dulu tantangannya tentu berbeda karena mereka:
- Tidak harus berjuang melawan fitnah ekstrim seperti pada abad ini.
- Orang-orang yang hadir pada zaman Nabi Muhammad SAW memiliki referensi atau sumber suci mutlak langsung darinya. Sedangkan kita harus berjuang lebih keras untuk benar-benar terhubung dengan Islam melalui tanda-tanda yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Allah berfirman di dalam Al-Qur'an: "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya)."
[QS. An-Naazi'aat 79: 40-41]
Allah berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." [QS. Adz-Zariyat: 56]
Selain itu Allah SWT pun berfirman: "Yang membuat segala sesuatu yang menciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunan dari saripati air yang hina (air mani) kemudia Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) sedikit sekali yang tidak bersyukur." [QS. As-Sajdah: 7-9]
Demikianlah, manusia datang ke alam semesta ini untuk melaksanakan tugas tertentu, dan itulah tujuan mereka. Kalau dia tidak mengerjakan tugas yang menjadi alasan kenapa ia datang, maka seolah-olah ia tak pernah mengerjakan apa-apa.Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tapi semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu zalim dan amat bodoh." [QS. Al-Ahzab:72]Amanah itu Kami tawarkan kepada langit, tapi ia merasa tak sanggup untuk memikulnya. Coba perhatikan berapa banyak akibat yang akan timbul dari amanah itu sehingga bisa membuat manusia kebingungan. Amanah itu bisa mengubah bebatuan menjadi akik dan nilam, menyulap pegunungan menjadi tambang-tambang emas dan perak, dan menyegarkan tanamah di bumi serta menghidupkannya kembali sebagai sebuah pemandangan yang sangat indah layaknya surga 'Adn. Juga tanah yang menerima bibit-bibit kemudian menghasilkan buah-buahan. Bumi yang menerima dan menampakkan raturan ribu keajaiban yang sulit dijelaskan. Kemudian giliran pegunungan yang membuahkan logam-logam yang melimpah ruah. Semua itu adalah produksi dari langit, bumi dan gunung. Akan tetapi semua itu tidak dilakukan sendiri oleh mereka, melainkan melalui perantara manusia:"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam." [QS. Al-Isra:70]--seluruh teks di atas dikutip dari buku "Fihi Ma Fihi" karya Jalaluddin Rumi (hal 54-55).
0 comments