Motto yang selama ini aku pribadi selalu hold on tight adalah:
"Keep doing good things and spread positivity even by an atom's weight."
Terdengar sangat umum sebetulnya, namun untuk diriku pribadi motto itu semacam motivasi diri agar terus semangat dan ingat dengan tujuan awal aku berbuat segala sesuatu itu atas dasar apa.
Dari sejak aku SHS, ya kurang lebih setelah mengenal dunia ke volunteer-an atau biasa disebut ke-relawan-an, my concern was around education. Memang tidak jauh dari situ. Dulu pun sempat ingin mencoba terjun menjadi relawan korban banjir atau tidak tim pengajar yang cenderung di daerah pelosok seperti luar jawa dsb, tetapi karena didn't get any permit by my parents akhirnya aku memutuskan untuk menerima dan tidak memaksakan kehendak.
I also had a lack of organizational experience when I was in Senior High School. The impact of having strict parents, I guessed. Itulah mengapa bahkan sebelum aku lulus SHS aku sudah bertekad akan mengikuti organisasi BEM U dimana pun aku melanjutkan perkuliahan. Pokoknya kuliah harus punya pengalaman organisasi, karena tujuanku kuliah memang tidak semata-mata hanya kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, tetapi harus ada social experiences yang mana giving good impact juga untuk soft skillsku.
Singkat cerita aku berhasil lolos seleksi magang menjadi anggota Pengabdian Masyarakat BEM U di tahun 2018. Setelah selasai magang 3 bulan, aku pun mencoba daftar menjadi anggota resmi BEM U periode 2019 dan masih berada di keanggotaan Kementrian Pengabdian Masyarakat.
Terkadang begitu banyak pelajaran serta ilmu yang aku dapatkan dari sana. Big thanks untuk semua rekan-rekan Pengmas periode 2018 dan juga Mentri PEngmas pertama yang aku kenal pantang buat marah-marah yaitu Kak Adha. Di samping itu big hug and big thanks juga untuk rekan-rekan Pengmas periode 2019 dan Kak Ariq sebagai Mentri yang luar biasa sabar, rendah hati dan kuat ketika menghadapi kami, anak-anak Pengmasmu yang petakilan. Intinya, masih banyak lagi yang ingin aku sampaikan namun sepertinya tidak cocok di sini, nanti kita buat lapaknya sendiri ya untuk pengalaman selama berada di Pengmas, hehe.
Nah ketika aku terjun ke dunia organissai terlebih lagi di Kementrian Pengabdian Masyarakat itu rasa semangatku untuk bisa berkontribusi kepada masyarakat semakin membuancah. Kalau semangat mah istilahnya, menggebu-gebu gitu.
Dari waktu ke waktu, aku menjadi lebih paham apa arti dari berbagi itu sendiri, apa sebaik-baiknya peran yang bisa kita lakukan sebagai manusia di muka bumi ini.
Ditambah lagi alhamdulillah dapat kesempatan mengikuti sebuah program kaderisasi kepemimpinan salman, nama acaranya SSC ( Salman Spiritual Camp)
MasyaAllah, begitu banyak pengalaman spiritual yang luar biasa charge iman banget. Belum lagi bertemu, berkumpul bersama orang-orang hebat dari berbagai penjuru se-Indonesia, selanjutnya materi-materi kepemimpinan berbasis islami yang kami pelajari bersama pun luar biasa keren. Kebetulan salah satu program atau hasil testimoni dari kegiatan tersebut adalah kita sebagai peserta SSC agar bisa membuat sebuah project kebaikan khususnya untuk berkontribusi di masyarakat sekitar.
Belum cukup sampai di situ, Allah izinkan pula aku untuk menimba ilmu lebih jauh lagi. Alhamdulillah aku pun lolos seleksi program kaderisasi pemimpin muda--YouLead Camp dari Dompet Dhuafa yang diakan selama kurang lebih 1 bulan secara daring karena memang masih pandemi.
Memang outcome dari kedua kegiatan tersebut tak lain berupa bagaimana peran kita sebagai mahasiswa serta manusia agar bisa memberikan manfaat terhadap manusia lainnya.
Pesan yang bisa diambil dari setiap kesempatan yang Alhamdulillah Allah berikan adalah, bahwa semua hal yang kita inginkan haruslah dibarengi dengan niat yang baik serta tekad yang kuat. Oleh karena itu Allah pun memberikan jalan serta banyak pengalaman, juga kesempatan agar aku bisa terus belajar dan belajar. Karena segala sesuatu pasti perlu bekal yang baik, dan bekal yang baik adalah ilmu yang baik pula.
Lalu, bagaimana bentuk kontribusi yang bisa diberikan? Ya, salah satunya dengan membawa kebermanfaatan sebanyak-banyaknya. Banyak sekali sebetulnya kebaikan sederhana yang kita sendiri bisa lakukan sehari-hari. Salah satunya ya seperti kita membagikan postingan positif di sosial media, seruan mengajak kebaikan. Untuk lingkungan keluarga tidak lain ya seperti membantu Ibu di rumah, ajarin adik belajar atau kalau ada masjid dekat rumah kita bisa bantu beres-beres masjid, ada lagi hal yang lebih sederhana seperti menolong tetangga ketika sedang kesulitan dan juga menyingkirkan batu atau ranting yang menghalangi jalan. Mungkin terdengar sepele, tapi MasyaAllah pahalanya luar biasa besar loh. Dan masih banyak kebaikan lainnya.
Ada lagi yang resiko dan tanggung jawabnya cukup besar, namun menfaat yang diberikannya pun tak kalah besar. Contohnya seperti membangun sebuah tempat belajar gratis buat anak-anak sekitar rumah. Nah, ini nih, aku terinspirasi dari "Rumah Belajar" yang berada di Grendeng, pas banget memang pada saat itu adalah tempat dilaksanakannya Unsoed Mengajar. Konsep Ibu RT nya sendiri sangat sederhana dan tidak muluk-muluk, selanjutnya yang lebih kerennya lagi, Rumah Belajar itu gratis dan terbuka untuk umum. Keren bange Ibunya, bisa terus menyebarkan ilmu pengetahuan secara gratis untuk siapa saja.
Dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang diamalkan.
Oke, lanjut tentang Oemah Sinau.
Jujur waktu itu sekitar bulan juni aku sempet kepikiran semacam buka rumah belajar bahasa inggris gratis buat anak-anak sekitar perumahan. Sembari mengisi waktu luang saat pandemi supaya lebih produktif.
Kenapa bahasa inggris? Betul sekali, karena aku sendiri berkecimpung di dunia bahasa, khususnya bahasa inggris ya kurang lebih itulah bidang yang cukup aku kuasai.
Dan kebetulan ide ini tidak semata-mata muncul dari diri aku pribadi, ada inisiatif dari salah satu temenku juga, yang bernama A Yugas. Ya, meskipun fokus antara kami awalnya tidak sama.
A Yugas sendiri mengusulkan untuk memberikan pengajaran bahasa inggris untuk orang-orang dewasa (tbh, that was kind of tougher than teaching the kids) karena materi untuk orang dewasa sedikit rumit dan mulai serius. Sedangkan aku mencoba fokus ke anak-anak SD dan SMP. Kenapa demikian? Setelah mendapat berita bahwa bahasa inggris mulai dihapuskan dalam pendidikan SD, alhasil aku sempet mikir-mikir gitu. Jujur, menurutku pribadi bahasa inggris merupakan sesuatu yang mendasar sekali di zaman yang serba digital ini. Sayang sekali kalau misalnya mereka tidak diajarkan sejak dini. Karena ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita semua.
Setelah diskusi yang cukup panjang, izin dengan perwakilan dari pihak perumahan sendiri dan juga konsultasi dengan guru ngaji, akhirnya "Oemah Sinau" pun resmi berjalan sejak tanggal 11 Juli 2020. Itu adalah hari pertama kami mengajar anak-anak.
Wah masyaAllah awalnya not expected bahwa salah satu impianku, salah satu hal yang selalu aku harapkan, Allah kabulkan dalam waktu yang menurutku relatif singkat. Asli, seneng banget bahkan sampai detik ini terkadang masih nggak percaya.
Tetapi bukan hal yang mudah untuk bisa istiqomah alias konsisten menjalankan amanah yang terbilang besar ini. Memulai sesuatu memang tidak mudah, namun mempertahankan sesuatu agar tetap berkontinyu dalam jangka waktu yang panjang itulah yang jauh lebih sulit. Amat sangat challenging kalau menurutku pribadi. Didorong oleh rasa tanggung jawab serta kebahagiaan sederhana yang aku dapatkan ketika mengajar itulah hal yang sampai detik ini membuatku bisa bertahan.
But, learning by doing is a better way. InsyaAllah, pelan-pelan mereka belajar, aku pun belajar. If I let the emotion leads me, then I lose.