#MIVIAJE03 -- Awal Mula Terwujudnya Oemah Sinau

By Farah Mayu - November 07, 2020

Motto yang selama ini aku pribadi selalu hold on tight adalah: 

"Keep doing good things and spread positivity even by an atom's weight."

Terdengar sangat umum sebetulnya, namun untuk diriku pribadi motto itu semacam motivasi diri agar terus semangat dan ingat dengan tujuan awal aku berbuat segala sesuatu itu atas dasar apa.

Dari sejak aku SHS, ya kurang lebih setelah mengenal dunia ke volunteer-an atau biasa disebut ke-relawan-an, my concern was around education. Memang tidak jauh dari situ. Dulu pun sempat ingin mencoba terjun menjadi relawan korban banjir atau tidak tim pengajar yang cenderung di daerah pelosok seperti luar jawa dsb, tetapi karena didn't get any permit by  my parents akhirnya aku memutuskan untuk menerima dan tidak memaksakan kehendak.

I also had a lack of organizational experience when I was in Senior High School. The impact of having strict parents, I guessed. Itulah mengapa bahkan sebelum aku lulus SHS aku sudah bertekad akan mengikuti organisasi BEM U dimana pun aku melanjutkan perkuliahan. Pokoknya kuliah harus punya pengalaman organisasi, karena tujuanku kuliah memang tidak semata-mata hanya kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, tetapi harus ada social experiences yang mana giving good impact juga untuk soft skillsku.

Singkat cerita aku berhasil lolos seleksi magang menjadi anggota Pengabdian Masyarakat BEM U di tahun 2018. Setelah selasai magang 3 bulan, aku pun mencoba daftar menjadi anggota resmi BEM U periode 2019 dan masih berada di keanggotaan Kementrian Pengabdian Masyarakat.

Terkadang begitu banyak pelajaran serta ilmu yang aku dapatkan dari sana. Big thanks untuk semua rekan-rekan Pengmas periode 2018 dan juga Mentri PEngmas pertama yang aku kenal pantang buat marah-marah yaitu Kak Adha. Di samping itu big hug and big thanks juga untuk rekan-rekan Pengmas periode 2019 dan Kak Ariq sebagai Mentri yang luar biasa sabar, rendah hati dan kuat ketika menghadapi kami, anak-anak Pengmasmu yang petakilan. Intinya, masih banyak lagi yang ingin aku sampaikan namun sepertinya tidak cocok di sini, nanti kita buat lapaknya sendiri ya untuk pengalaman selama berada di Pengmas, hehe.

Nah ketika aku terjun ke dunia organissai terlebih lagi di Kementrian Pengabdian Masyarakat itu rasa semangatku untuk bisa berkontribusi kepada masyarakat semakin membuancah. Kalau semangat mah istilahnya, menggebu-gebu gitu.

Dari waktu ke waktu, aku menjadi lebih paham apa arti dari berbagi itu sendiri, apa sebaik-baiknya peran yang bisa kita lakukan sebagai manusia di muka bumi ini.

Ditambah lagi alhamdulillah dapat kesempatan mengikuti sebuah program kaderisasi kepemimpinan salman, nama acaranya SSC ( Salman Spiritual Camp)


MasyaAllah, begitu banyak pengalaman spiritual yang luar biasa charge iman banget. Belum lagi bertemu, berkumpul bersama orang-orang hebat dari berbagai penjuru se-Indonesia, selanjutnya materi-materi kepemimpinan berbasis islami yang kami pelajari bersama pun luar biasa keren. Kebetulan salah satu program atau hasil testimoni dari kegiatan tersebut adalah kita sebagai peserta SSC agar bisa membuat sebuah project kebaikan khususnya untuk berkontribusi di masyarakat sekitar.

Belum cukup sampai di situ, Allah izinkan pula aku untuk menimba ilmu lebih jauh lagi. Alhamdulillah aku pun lolos seleksi program kaderisasi pemimpin muda--YouLead Camp dari Dompet Dhuafa yang diakan selama kurang lebih 1 bulan secara daring karena memang masih pandemi.

Memang outcome dari kedua kegiatan tersebut tak lain berupa bagaimana peran kita sebagai mahasiswa serta manusia agar bisa memberikan manfaat terhadap manusia lainnya.

Pesan yang bisa diambil dari setiap kesempatan yang Alhamdulillah Allah berikan adalah, bahwa semua hal yang kita inginkan haruslah dibarengi dengan niat yang baik serta tekad yang kuat. Oleh karena itu Allah pun memberikan jalan serta banyak pengalaman, juga kesempatan agar aku bisa terus belajar dan belajar. Karena segala sesuatu pasti perlu bekal yang baik, dan bekal yang baik adalah ilmu yang baik pula.

Lalu, bagaimana bentuk kontribusi yang bisa diberikan? Ya, salah satunya dengan membawa kebermanfaatan sebanyak-banyaknya. Banyak sekali sebetulnya kebaikan sederhana yang kita sendiri bisa lakukan sehari-hari. Salah satunya ya seperti kita membagikan postingan positif di sosial media, seruan mengajak kebaikan. Untuk lingkungan keluarga tidak lain ya seperti membantu Ibu di rumah, ajarin adik belajar atau kalau ada masjid dekat rumah kita bisa bantu beres-beres masjid, ada lagi hal yang lebih sederhana seperti menolong tetangga ketika sedang kesulitan dan juga menyingkirkan batu atau ranting yang menghalangi jalan. Mungkin terdengar sepele, tapi MasyaAllah pahalanya luar biasa besar loh. Dan masih banyak kebaikan lainnya.

Ada lagi yang resiko dan tanggung jawabnya cukup besar, namun menfaat yang diberikannya pun tak kalah besar. Contohnya seperti membangun sebuah tempat belajar gratis buat anak-anak sekitar rumah. Nah, ini nih, aku terinspirasi dari "Rumah Belajar" yang berada di Grendeng, pas banget memang pada saat itu adalah tempat dilaksanakannya Unsoed Mengajar. Konsep Ibu RT nya sendiri sangat sederhana dan tidak muluk-muluk, selanjutnya yang lebih kerennya lagi, Rumah Belajar itu gratis dan terbuka untuk umum. Keren bange Ibunya, bisa terus menyebarkan ilmu pengetahuan secara gratis untuk siapa saja.

Dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang diamalkan.

Oke, lanjut tentang Oemah Sinau.

Jujur waktu itu sekitar bulan juni aku sempet kepikiran semacam buka rumah belajar bahasa inggris gratis buat anak-anak sekitar perumahan. Sembari mengisi waktu luang saat pandemi supaya lebih produktif.

Kenapa bahasa inggris? Betul sekali, karena aku sendiri berkecimpung di dunia bahasa, khususnya bahasa inggris ya kurang lebih itulah bidang yang cukup aku kuasai.

Dan kebetulan ide ini tidak semata-mata muncul dari diri aku pribadi, ada inisiatif dari salah satu temenku juga, yang bernama A Yugas. Ya, meskipun fokus antara kami awalnya tidak sama.

A Yugas sendiri mengusulkan untuk memberikan pengajaran bahasa inggris untuk orang-orang dewasa (tbh, that was kind of tougher than teaching the kids) karena materi untuk orang dewasa sedikit rumit dan mulai serius. Sedangkan aku mencoba fokus ke anak-anak SD dan SMP. Kenapa demikian? Setelah mendapat berita bahwa bahasa inggris mulai dihapuskan dalam pendidikan SD, alhasil aku sempet mikir-mikir gitu. Jujur, menurutku pribadi bahasa inggris merupakan sesuatu yang mendasar sekali di zaman yang serba digital ini. Sayang sekali kalau misalnya mereka tidak diajarkan sejak dini. Karena ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita semua.

Setelah diskusi yang cukup panjang, izin dengan perwakilan dari pihak perumahan sendiri dan juga konsultasi dengan guru ngaji, akhirnya "Oemah Sinau" pun resmi berjalan sejak tanggal 11 Juli 2020. Itu adalah hari pertama kami mengajar anak-anak.

Wah masyaAllah awalnya not expected bahwa salah satu impianku, salah satu hal yang selalu aku harapkan, Allah kabulkan dalam waktu yang menurutku relatif singkat. Asli, seneng banget bahkan sampai detik ini terkadang masih nggak percaya.

Tetapi bukan hal yang mudah untuk bisa istiqomah alias konsisten menjalankan amanah yang terbilang besar ini. Memulai sesuatu memang tidak mudah, namun mempertahankan sesuatu agar tetap berkontinyu dalam jangka waktu yang panjang itulah yang jauh lebih sulit. Amat sangat challenging kalau menurutku pribadi. Didorong oleh rasa tanggung jawab serta kebahagiaan sederhana yang aku dapatkan ketika mengajar itulah hal yang sampai detik ini membuatku bisa bertahan.

Oemah Sinau berlokasi di Masjid Al-Jannah, masjid perumahanku. Alamatnya kurang lebih Jl. Pahlawan Perum Griya Banagara Asri, Kab/Kec Ciamis, jawa barat. 

Jumlah muridnya pun nggak banyak, bisa dihitung jari. sekitar 10-15 anak, kebanyakan anak SD dan beberapa anak SMP. 

Oemah Sinau rutin diadakan setiap sabtu dan minggu pada pukul 4-5 sore. 

Saat pertama kali membuka Oemah Sinau, jumlah pengajarnya kurang lebih 4 orang. Aku, A Yugas, Rifa, dan Intan. Namun karena satu dan lain hal, contohnya seperti A Yugas yang harus segera kembali ke yogyakarta karena mondok, mau nggak mau pun berkurang, juga Intan yang ikut mengundurkan diri karena ingin fokus mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian akhir kelas 12. 

Bismillah, dengan tim pengajar menyisakan aku dan Rifa, kami pun tetap mengajar bersama-sama. 

Berat. Jujur, berat banget. Ini bukanlah hal yang mudah. Untuk tetap istiqomah dan bersabar dalam kondisi yang terbilang sangat kekurangan sumber daya manusia. Dengan sabar dan telaten untuk tetap mengajar, Allah pun memberikan banyak kemudahan di setiap jalannya. 

Tahu nggak, hal apa yang membuat diriku pribadi masih bisa bertahan sampai detik ini? Jawabannya adalah anak-anak. Jujur, aku menemukan sebuah kebahagiaan sederhana yang nggak bisa aku temuin di tempat lain. Aku nggak bisa menemukan kebahagiaan lain tatkala melihat senyum mereka. 

Rasanya bahagia banget bisa melakukan sesuatu dengan setulus hati. Rasanya luar biasa bangga ketika mereka berkata "Teh Mayu, sekarang aku ngerti! Sekarang aku bisa!"

Bangga, sekaligus terharu ketika tahu bahwa mereka mengerti, ketika mereka paham dengan apa yang coba aku sampaikan. (Sedikit menitikkan air mata pas nulis bagian di sini). 

Sebetulnya setiap aku mengajar, ada sebuah kecemasan yang selalu hadir. Yaitu rasa takut bahwa mereka tidak mengerti dengan apa yang aku sampaikan. Aku takut, bahwa aku bukanlah guru yang baik buat mereka, aku takut bahwa aku tidak bisa memberikan contoh yang baik untuk mereka. 

But, learning by doing is a better way. InsyaAllah, pelan-pelan mereka belajar, aku pun belajar. If I let the emotion leads me, then I lose. 

Ada satu kebaikan yang sebetulnya coba aku tanamkan di dalam diri anak-anak, meskipun tidak secara gamblang. Yaitu tentang berbagi. 

Jadi, memang betul, selalu ada beberapa reward kecil-kecilan untuk anak-anak. Biasanya kalau ada bagian lomba cerdas cermat atau saat permainan. Hadiah-hadiah itu aku berikan sebagai bentuk rasa terima kasih karena mereka sudah belajar dengan semangat dan serius. 

Dan sepertinya mereka pun belajar mengenai hal tersebut. Mereka belajar sendiri. 

Bukan sekali atau dua kali mereka datang menghampiriku dan berkata, "Teh Mayu, ini ada jajan buat Teh Mayu, ya." 

MasyaAllah. I was so touched, and always being touched whenever they gave me something without being asked. 

Meskipun itu bukan hal besar, namun bagiku itu sangat berharga. Bahkan tak ternilai. Sesuatu yang bahkan tidak semua anak kecil miliki. 

Rasa ingin berbagi. 

Hal lain yang membuatku bisa terus bertahan adalah semangat mereka untuk belajar tak pernah luntur. Contohnya suatu waktu aku memang tidak bisa hadir mengajar karena ada udzur, dan hal tersebut membuat anak-anak sedih dan kecewa. 

"Yaahh, kok les nya libur teh, padahal aku sama temen-temen udah siap nih." 

Sambil garuk-garuk tengkuk aku menjawab, "maaf ya, Teh Mayu nya mau pergi dulu. InsyaAllah besok kita les lagi, ya." 

"Janji ya, Teh Mayu?" 

"Iya, janji." 

Kurang lebih isi percakapannya seperti itu. 

Sudah 4 bulan lebih Oemah Sinau berjalan. Tak terasa. Sangat tak terasa, bahwa kami masih bisa bertahan hingga saat ini. Dan Alhamdulillah sekitar 2 minggu yang lalu salah satu temanku pun ikut bergabung menjadi salah satu volunteer pengajar di Oemah Sinau. Namanya Isma, karena kebetulan Isma berkuliah di jurusan pendidikan matematika, alhasil pelajaran yang kami ajarkan pun bertambah. 

Untuk saat ini, pelajaran-pelajaran yang kami ajarkan kurang lebih Bahasa Inggris, Menggambar, dan Matematika. Metode yang kami gunakan adalah fun learning creative method. Jadi, sejak awal aku berprinsip bahwa Oemah Sinau ini adalah tempat bagi anak-anak untuk mengembangkan kreatifitas tanpa membatasi imajinasi mereka. Sebab Imajinasi serta kreatifitas adalah sesuatu yang mahal. Dan, aku pribadi nggak mau membatasi hal tersebut. 

Biarkan imajinasi mereka berkembang, biarkan mereka mengeksplor kreatifitas mereka. 

Aku harap Oemah Sinau bisa terus ada dan berjalan seterusnya. Meskipun tidak bisa dipungkiri saat ini situasi dan kondisi diriku yang sudah memasuki ranah mahasiswa semester akhir which is going to do the final assignment yang mana menyebabkan diriku mau tidak mau harus pergi dalam kurun waktu yang sepertinya cukup lama. Tapi, semoga Allah beri kemudahan agar semuanya baik-baik saja, hehe.

Selanjutnya, terima kasih banyak ya buat team Oemah Sinau yang sudah mau berkontribusi dengan ikhlas sampai detik ini, terima kasih juga untuk para donatur yang sudah berdonasi untuk Oemah Sinau. Tanpa adanya campur tangan Allah, tanpa adanya kerja sama kalian, tanpa adanya kerendahan hati teman-teman, Oemah Sinau tidak akan bisa bertahan dengan sendirinya. 

Untuk teman-teman yang ingin ikut bergabung bersama Oemah Sinau, ingin belajar dan memiliki pengalaman mengajar bersama, kami sangat terbuka dan mempersilakan teman-teman untuk bergabung. Jangan sungkan untuk bertanya, mampir juga boleh. Asal kabar-kabarin ya, hehe. 


"Keep doing good things and spread positivity even by an atom's weight." 


Sekian, dan terima kasih.


Salam hangat, Farah. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments