Sebetulnya Apa Sih Yang Selama Ini Kita Cari?

By Farah Mayu - December 05, 2020

Photo by Wouter de Jong from Pexels
Aku tiba-tiba teringat kembali mengenai sebuah pertanyaan yang sebetulnya sempat aku lontarkan kepada teman, saudara, senior atau ya orang-orang yang sempat aku tanyai.

Pertanyaannya berupa, "Eh emangnya cari uang tuh susah ya pas pandemi seperti ini?"

"Iya, gila, Far, susah banget, apalagi di masa pandemi kayak covid19 gini. Bukannya kita diterima kerja, kita malah ditendang keluar sama perusahaan." jawab Fulanah.

"Susah sih, Far, lagi di masa normal sebelum covid aja udah susah, ini pandemi tambah-tambah." Jawab Mawar.

"Yang PNS mah enak, dia udah kejamin tetep kerja, lah yang di swasta sama wirausahawan?! Omset kita turun, Far. Yah, mungkin ujian dari Allah kali ya." Kata Mas Fulan.

"Gara-gara corona, penjualanku juga menurun drastis. Kasian karyawan-karyawan yang kerja di tempatku, Far, bahkan ada yang beberapa harus aku keluarkan dengan terpaksa." Ucap Mas Ambyar sedih.

"Gw heran deh, ini apaan sih pake covid-covid segala. Gw mau nabung buat nikah jadi susah nih. Mana harusnya tahun ini bisa nikah eh malah diundur karena pandemi. Nasib....nasib..." Eluh Mas Uwuu.

Eittss, kok kayaknya orang-orang cuma bisa ngeluh dan bernegatif thinking terus ya sama Allah? Emangnya nggak ada gitu yang legowo dan berhuznudzon sama Allah?

Masih ada respon-respon positif kok dari orang-orang.

"Nih, Far, mau corona nggak corona, rezeki setiap manusia itu sudah Allah atur bahkan sebelum kita lahir. Semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz. Jadi nggak usah risau mikirin tentang uang, yang penting mah tetep berikhtiar dan berdoa, InshaaAllah dimudahkan segalanya oleh Allah." Jawab Mbak Sekar dengan tenang.

"Alhamdulillah, Far, justru semenjak corona omset penjualan bisnis keluarga jadi lancar, yang tadinya sehari omsetnya seanu, sekarang jadi dua kali lipat, bahkan bisa sampai lima kali lipat. MashaaAllah." Timpal Mas Kabayan dengan sumringah.

"Susah Far, Mbak aja baru di PHK sama perusahaan anu. Ya, awalnya sedih banget setelah dapet berita ini, tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Mungkin Allah pengen nyelamatin Mbak dari sesuatu makanya Allah kasih kesempatan buat Mbak bisa mencari uang di tempat yang lebih banyak berkah Allah di sana." 

"Gw sedih banget sih, Far, bingung banget gimana buat bayar kuliah. Semenjak pandemi, bisnis Bapak gw sepi, orang-orang pada jarang beli, Far. Tapi anehnya, ada aja rezeki yang tak terduga dateng buat bapak. Alhamdulillah sih, seenggaknya gw percaya kalo rezeki itu nggak pernah salah alamat." Jawab Mas Pur. 

"Mas sih alhamdulillah sudah kerja di PNS, gaji tetap nggak berkurang, kerja juga bisa WFH. Tapi ya harus tetap berhemat buat anak dan istri. Di samping itu, semua ini itu namanya ujian, musibah sekaligus azab dari Allah. Mungkin selama ini tindakan manusia sudah kelewatan, ya meskipun nggak semua manusia. Di balik corona ini, ada sesuatu yang sebetulnya bisa kita syukuri ketimbang kita kufuri. Sebab, menurut Mas sendiri, dari ujian berupa pandemi ini kita belajar, belajar supaya lebih bisa menghargai apa yang sudah kita miliki. Merasa cukup dengan apa yang sudah Allah beri." 

MashaaAllah, setiap jawaban-jawaban baik dari teman, saudara atau bahkan seniorku, aku banyak belajar. Terdapat pesan yang terselubung disetiap jawaban yang mereka lontarkan. Ada pesan serta makna yang bisa aku ambil. 

Dalam hidup kita memang selalu disibukkan dengan berbagai aktivitas serta fulfilment yang harus kita penuhi. Terkadang, rasa syukur itu sekadar lewat aja dari benak kita. Selewat gitu. 

Kalau suasana hati kita lagi seneng nih, kita sering lupa buat bersyukur saking bahagianya. Tetapi giliran naudzubillah lagi dapet musibah, lagi kena masalah berat, rasa-rasanya nggak sanggup aja gitu sama ini cobaan, baru saat itu kita sadar bahwa sebetulnya kita ini butuh pertolongan Allah. 

Pertanyaannya, pas lagi seneng kita nih kemana aja? kok pas susah doang dateng ke Allah nya?

Hati-hati ya, jangan sampai kita ini lupa untuk bersyukur ketika sedang merasa senang, bahagia dan berkecukupan.

Teringat satu pesan lagi dari mentorku, kata Beliau begini,

"Rezeki itu nggak akan tertukar, rezeki nggak akan berkhianat dengan ikhtiar yang InshaaAllah sudah kita kerjakan. Tapi ya usahanya jangan hanya modal otot dan dengkul. Tapi juga sududnya. Setiap orang yang sukses itu semata-mata bukan hasil jerih payah mereka sendiri, justru karena mereka menghargai apa yang Allah berikan kepada mereka. Kalo yang kita cari cuma dunia, capek. Lebih baik mengejar akhirat. Ibaratnya seperti sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Jika orientasi kita akhirat, maka dunia serta isinya, serta untuk mendapatkan yang lainnya bukanlah perkara sulit."

Dari hal itu, muncullah kembali pertanyaan di dalam benakku.

Sebetulnya apa sih yang selama ini kita cari?

Allah subhanahu wa Ta'ala (swt) berfirman:

قل إن ربي يبسط الرزق لمن يشاء من عباده ويقدر له وما أنفقتم من شيء فهو يخلفه وهو خير الرازقين

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan (siapa yang dikehendakiNya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Surah Saba’ [34]: ayat 39)

Jadi, dalam islam, istilah rezeki itu maknanya luas banget. Bukan hanya berarti setumpuk emas, satu karung dollar, dapet mobil lamborghini, bisa ke beli motor vespa yang mahal atau materi lainnya. Ya, terkadang manusia lupa hanya memandang rezeki itu berupa segepok materi. Manusia sering lupa bahwa kesempatan masih bisa hidup, bernafas, sehat, lapang, tersenyum, bahagia, iman serta pemberian dari Allah merupakan rezeki yang sangat mahal dan berharga yang bahkan tak mampu terbeli oleh uang sekalipun.

Zaman ini kita berlomba-lomba mencari kehidupan. Mengukur segala bentuk sukses, bahagia dan lapang dengan mengukur pendapatan, asset dan kekayaan. Mengorbankan waktu, tenaga, serta pikiran, bahkan iman dan aqidah sebagai seorang muslim demi pundi-pundi uang.

Alasan untuk mencari nafkah demi keluarga jelas tidak salah, pun jika seorang muslim itu kaya dan berharta banyak juga tidak salah. Hanya saja ada hak-hak orang lain yang butuh bantuan kita.

Yuk cari rezeki. Jemput keberkahan Allah, dengan cara yang sesuai dalam syariat. Sesungguhnya, mencari keridhoan Allah itu lebih baik daripada hanya mencari dunia. 

Hidup cukup, nggak harus berlebihan. Kalo memang Allah beri rezeki berlebih, maka jangan lupa untuk berzakat dan berinfaq. Investasi saham boleh, tapi yang lebih penting, jangan lupa untuk investasi akhirat. 

  • Share:

You Might Also Like

2 comments