#BraveToSpeak02 - Harus Berani Berbicara

By Farah Mayu - December 19, 2020

Photo by Julia M Cameron from Pexels
Jengjengjeng, hello folks minggu ini kita akan melanjutkan episode 2 dari salah satu series #BraveToSpeak. Masih dengan topik yang sama yaitu sharing seputar belajar bahasa Inggris.

Beberapa hal sederhana yang bisa kalian lakukan for acquiring it.

1. Start by behaving yourself

Sebab dari berbicara, kita bisa menjadi terbiasa. Sebab hal pertama yang membuka gerbang-gerbang skill lainnya adalah berbicara. Gini deh compare saat kita berbicara bahasa indonesia. Apakah kita memikirkan grammar apa yang akan digunakan saat berbicara? Kebanyakan tentu tidak, ya semuanya spontan keluar dari mulut (lain hal nya dengan kromo injil atau tata krama bahasa ya, beda konteks). Berbicara adalah kegiatan yang sering kita lakukan sehari-hari dan tentu saja ini sudah lekat sekali dan nggak bisa lepas dari kehidupan kita. Yang mana sudah menjadi kebiasaan, terbiasa berbicara bahasa Indonesia karena that's our mother tongue.

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels
Indeed, quite a hard work untuk bisa intensely do the speaking practice. Either for me tho. Rasa-rasanya melatih skill writing, listening, reading jauh lebih mudah dibandingkan dengan speaking. Can't agree more. 

Aku sendiri merasakannya dan mengalaminya. Jujur, hal yang paling aku takutkan selama ini adalah speaking. Pasti dari kalian pun sering mendengar kata-kata "I am expert in English, but such a coward when I'm speaking." Valid no debate kalo kata anak jaman sekarang.

Itu sebabnya aku selalu membenci materi debate. What could I say, I am a fan of peaceful. Hehe.

Peningkatan ini terjadi pada diriku sendiri. Somehow, memang significant sekali. Jadi, aku mulai membiasakan diri untuk latihan speaking with whomever I meet, both native English or the others itu sejak awal november. Iya, baru banget mulai  lagi aktif di platform-platform itu. Dulu pernah, tapi nggak intensif gitu, angin-anginan, bahkan bisa keitung jari karena saking groginya dan panas dinginnya setiap mau ngobrol sama mereka. 

Overthinkingnya bukan main.

"What if I do the mistakes?"

"What if I unknowingly did something inappropriate?"

"What if I say something stupid?"

"What if I do look ridiculous and clumsy?"

"What if...."

"What if...."

"What if....."

Dan masih banyak what if lainnya yang tak terhingga. Meanwhile, nggak ada yang salah selama kita berinteraksi through chatting. Nervous itu tercipta pas bener-bener mau do conversation in direct. Aneh kan? Nah, kenapa bisa terjadi hal kayak gitu? Karena kita tidak behave, belum terbiasa berbicara dalam bahasa inggris.

Otomatis proses transfer dari bahasa kita ke dalam bahasa Inggris butuh proses yang agak lama. Prosesor kita masih naninu pas mau translate kata-kata yang biasa kita gunakan dalam bahasa Indonesia pakai sebelum ke bahasa Inggris. 

Instead, in my mind, dengan cara yang seperti itu membuat kosa kata kita jadi lebih kaku dan terbatas. Seriously, kita harus mulai berpikir dalam bahasa Inggris. Karena jika terus menerus berusaha mentranslate setiap kata itu akan membutuhkan effort yang lebih besar. Kita kehabisan kata-kata karena nggak semua vocab Indonesia itu ada di dalam bahasa Inggris, and so the contrary.

Maka, langkah awal yang bisa temen-temen lakukan adalah belajar menguasai basic-basic kalimat bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Setidaknya kalian bisa berinteraksi dengan orang luar meskipun terbata-bata. Nggak apa-apa kok kalau misalnya sounds like broken English, cause in my view it's absolutely fine, even better than do nothings.

 Stop doubting yourself. Instead, start talking and stop overthinking.


2. Find a practice pal

Berlatih sendirian kadang kala terasa sulit terutama perihal speaking. Oleh sebab itu penting sekali bagi kita untuk memiliki seorang teman atau partner selama proses belajar. Ada dua alternatif yang bisa kalian pilih. Yang pertama kalian tergabung dalam suatu komunitas atau pun ikut tergabung grup yang mana sistem belajarnya bisa secara online. Banyak kok komunitas atau grup internasional gratis untuk belajar bahasa Inggris. 

Photo by cottonbro from Pexels
Jika fokus kalian memang ingin berlatih secara in direct, maka alangkah baiknya jika selama proses belajar bersama menerapkan aturan Only English saat sedang hang out juga diskusi. Tujuannya apa? Ya supaya temen-temen bisa sedikit-sedikit jauh lebih terbiasa.

Selain itu juga kalau kalian lebih suka belajar sendiri alias otodidak ataupun bukan tipe yang suka belajar terlalu ramai, kalian cukup cari partner belajar yang cocok dan  nyaman ketika diajak belajar bareng. 
Photo by Karolina Grabowska from Pexels
Ada dua option di sini, kalian mau belajar dengan sesama native Indonesia ataupun mencari native speaker English, bisa juga cari partner secara internasional. Nggak harus native juga boleh, yang penting sama-sama punya eager yang tinggi untuk belajar bahasa Inggris. Luruskan niat semata-mata untuk belajar supaya tercipta suasana yang lebih nyaman dan kondusif.

In addition, when you’re talking to an English speaker, all that you’ve learned in your language studies so far need to be on call at a moment’s notice. Essentially, speaking a language helps to move your knowledge of grammar, vocabulary, and pronunciation from the back of your mind to the front, or from your ‘slow memory’ to your ‘quick memory.’ Given time, this will improve your fluency and memory too. 

Perhaps our mother tongue nya English ya kita juga pasti terbiasa tanpa perlu paksaan. Sama hal nya bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari.

Berlaku bagi diriku sendiri selama belajar bahasa Sunda. Susah banget, dari dulu nggak pernah paham bagaimana penggunaan tata bahasa Sunda yang baik dan benar. Apalagi kalau harus bicara sama yang lebih sepuh, aduh, suka tiba-tiba keluar keringet dingin sambil kebingungan, takut-takut kosa kata yang keluar nyatanya kurang sopan, alhasil jalan ninjanya adalah menjawab dengan bahasa Indonesia sambil memberikan senyum terbaik, memberikan isyarat bahwa "maaf, bu, saya kurang paham bahasa Sunda."

Tapi nyatanya, lama kelamaan, setelah melewati proses belajar yang panjang dari jaman SMP sampai SMA, aku mulai bisa memahami sembari menerapkannya baru akhir-akhir ini saja ketika sudah di perguruan tinggi. Somehow, kok mulai bisa dengan sendirinya karena ya mau nggak mau akupun terbiasa oleh lingkungan.

Sistemnya sama untuk semua proses belajar bahasa apapun. 

Jadi kesimpulannya, dalam proses belajar speaking, alangkah baiknya kita membiasakan diri, lalu mencari partner belajar untuk saling mendukung satu sama lain dan adanya lingkungan yang memang bisa mendorong kita supaya perkembangan pembelajarannya pun ikut terbantu. 

Satu hal, peran seorang mentor dalam proses belajar pun jauh lebih baik ketimbang kita belajar sendirian. Karena peran guru atau mentor itu bisa sangat membantu juga memudahkan kita ketika butuh saran dan arahan selama proses belajar.

Semangat folks! Salam Literasi! Jangan lupa membaca!


  • Share:

You Might Also Like

0 comments