Eitss, stop. Ini bukan tentang buku Tere Liye yang akan kita bahas ya. Bukan pula sebuah review.
We're going to talk about "The Price of Trust" in literal ways.
Bahwasannya hasil dari kekuatan rasa "yakin", dan "percaya", totally sangat berimbas kepada diri kita untuk "living in the right moment and doing the best thing we can do."
The result is absolutely amazing.
Ketika kita sudah percaya dengan diri kita sendiri, kita percaya sama Allah, dan kita yakin bisa mencapai apa yang kita inginkan maka kita bakal benar-benar akan melakukan the exact thing upon the right path untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya nggak pernah kepikiran bahkan takut untuk kita coba. Hal lain yang menarik adalah, kita berani untuk "Just Do It" and, "Talk Less Do More" instead of considering any unnecessaries stuff.
Pertama, ketika rasa yakin dan percaya sudah benar-benar mengendap ke dalam relung hati yang paling dalam, maka nggak akan ada lagi anxiety about the future, depression about the past times. Dan untuk menumbuhkan perasaan yakin serta percaya itu simple, seriously, we need to learn how to get it. It takes much time. And much time doesn't mean it has to be that long, itu semua bergantung dengan usaha masing-masing, itu tergantung seberapa besar keseriusan that you sacrificed for. Karena by so many possibilities kita bisa belajar dalam waktu yang singkat, juga simple. Simple doesnt mean easy, but easy is often not so hard.
Stop giving too much attention for high expectations.
Kita perlu membuang perasaan negatif dan all i am doing is often berpikiran positif.
The main key dari segala peluang adalah mengenali potensi diri. Dengan mengenali kelebihan yang dimiliki menjadikan tahu tujuan hidup dan sadar potensi lain yang perlu dikembangkan.
Aku pernah baca dari Forbes, katanya langkah utama meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan berfokus pada potensi, bukan keterbatasan. Dengan kata lain, kita tahu apa yang penting untuk kita fokus dan kembangkan sehingga tidak terkekang oleh keterbatasan dan kondisi yang tidak mendukung.
Sekalipun menghadapi masa-masa sulit, ingatlah bahwa diri ini merupakan pribadi yang unik, spesial, berharga, dan kita pantas untuk meraih kebahagiaan atau keberhasilan.
Di samping itu...
Menurutku, semakin kita dewasa kita suka lupa untuk menikmati apa yang sedang kita lakukan at the right time, kita lupa untuk menikmati moment hari ini, moment saat ini, momen detik ini yang lagi kita jalani. Kita selalu ke distract dan sibuk untuk memikirkan berbagai masa depan yang hasilnya belum benar-benar nyata, padahal kita tahu kalau masa depan itu nggak menentu, nggak ada yang seriously know masa depan kita kayak apa, dan nggak ada pula yang bisa menentukan masa depan kita gitu aja. (This rule doesn't applied for Him) Maka, di situ lah timbul anxiety, yet overthinking about everything doesnt exist. At least itu yang aku rasakan once upon a time or many times *cringe* ketika sedang overthinking.
Whether overthinking tentang masa depan atau pun masa lalu merupakan salah satu bentuk dari subconsciously self-detrimental. Saat kita terlalu banyak memikirkan masa lalu apalagi sampai kebawa-bawa rasa takut, trauma, dan depresi, kita nggak akan bisa melangkah untuk ambil langkah pertama dan berani berdiri di garis start karena kita selalu merasa kurang, selalu merasa takut bahwa kita bakal gagal.
Rasanya semacam
"Stuck while we definitely know the problem solve is but still staying for nothing more than considering our doubts."
Kita nggak akan pernah tahu hasilnya seperti apa kalau kita belum mencoba.
And I call it such a coward.
Jujur, capek banget berdiri di belakang angan-angan sendiri, capek banget terus menerus di hantui sama rasa penasaran. Bosen aja gitu tanpa henti memikirkan berbagai kemungkinan keberhasilan yang sebenarnya bisa diraih kalau mau berusaha, karena pada dasarnya rasa yakin sama percaya itu sudah tumbuh sangat besar.
Padahal menurutku, kesempatan seseorang untuk bisa berhasil meraih mimpinya itu besar, semuanya sama besar, sama rata. Namun yang membedakan semuanya adalah ada orang yang berani untuk mengambil resiko dan melangkah ke jalan sesuai dengan intuisinya dan berusaha mengesampingkan semua keraguan, semua negative thoughts di dalam dirinya lalu ada orang yang terlalu takut untuk taking any risks dan lebih suka tinggal diam di zona nyaman.
Bagaimana jika semisalnya aku gagal? Hey, It's okay. Gagal itu seru.
Photo by Lovefreud |
Bukankah kita tahu rasa SENANG, kita tahu KEBAHAGIAAN karena kita pun merasakan yang namanya SAKIT dan KEGAGALAN?
Gini deh, semisal kalo semuanya equal, semuanya gitu-gitu aja, dan nggak ada yang namanya rasa sakit, gimana kita mau tahu seru nya kemenangan? I mean like, bagaimana cara membedakannya?
Aku yakin dan aku percaya, suatu hari nanti aku akan berterima kasih sebesar-besarnya atas semua kegagalan yang selama ini aku alami sebelum akhirnya aku berhasil sampai pada satu tujuan yang sudah aku impikan.
Aku yakin kita semua pasti pernah menghadapi, kita pernah bertemu atau bahkan karena saking seringnya lama kelamaan kita bersahabat sama yang namanya kegagalan.
Aku menyadari sesuatu hal bahwasannya saat kita sedang memikirkan cerita masa kegagalan yang sudah kita lewati, ketika kita sedang membayangkan betapa tak terbayangkannya kita bisa sampai sini serta kita bisa seperti sekarang itu sama dengan kita memutar kembali memori lampau sembari merindukan betapa menyenangkannya semua petualangan yang sudah kita lalui selama di dalam proses gagal itu sampai akhirnya kita benar-benar berhasil.
Berarti kita sama saja dengan mensyukuri semua prosesnya.
"Because sometimes, we need to look around while on the roads instead of focusing only on the destination."
Aku coba ambil contoh yang mana hardly, kita pernah merasakan ketegangannya.
UJIAN NASIONAL.
WOW. To be honest, if I were still in that age and imagined about it, I would never expect akan berhasil melalui UN.
I mean like, hey, mari kita mulai sejak SD. Dari kelas 5 SD kita sudah diwanti-wanti guru untuk persiapan menghadapi ujian nasional yang soalnya susah banget, 20% diambil dari materi kelas 4, 40% dari kelas 5 terus 40% dari kelas 6.
Pada saat itu aku takut banget, nggak kebayang aja gitu tahu-tahu lolos dapet nilai UN yang not as bad as mom's imagination dan masuk SMP.
Kemudiaan, saat di akhir tahun ketiga semasa kita SMP kita juga menghadapi yang namanya UN. Aduh, apalagi waktu di SMP 2 dulu. Honestly aku bukanlah kategori gifted or that hurtfully smart as well-known as an ambitious one. I'm just that SO-SO category.
Time went fast, and I have graduated from JHS.
Welcome to the next stage, Senior High School.
Jadi gini, actually waktu SMP aku kepikiran buat jadi ahli biologi which was never going to. Lucu nya, yang harusnya aku ambil IPA tiba-tiba pindah haluan gitu aja right in front of the committee sewaktu di kasih pilihan. All of sudden i said IPS.
And boomed, I passed it. Bahkan through that horror UN-CBT.
No one guessed it would be a huge obstacle as it was. Of course, it did.
The thing was I believed in myself.
Tunggu dulu, the journey was not over yet.
We were going to face all those drawbacks before getting into the college or entire real life.
Actually, nggak ada yang tahu entah itu keluargaku, atau diriku pribadi bahwasannya aku bisa berdiri di titik ini.
Okay sebutlah mungkin it's not a big deal untuk sebagian orang yang sepak terjangnya sudah sangat jauh. But still, this is my journey and everybody has their own journey. Don't compare it.
Untuk sampai di sini bukanlah hal yang mudah. Dimana aku harus melewati ujian a b c d supaya bisa got accepted di universitas impian tetapi tetap saja hasilnya nihil. Mencoba jalur a b c d supaya keterima di univ a b c d pun hasilnya masih tetap sama. Gagal.
But I never stopped. I kept running on my way to achieving what I probably have now.
"Since I believe and sure on myself by telling me that everything would be alright, let Allah leads its way."
Pernah denger sebuah pepatah yang katanya
"Fake it until you make it".
Menurut Roland Benabou dan Jean Tirole di dalam penelitiannya tentang Self-confidence and Personal Motivation menyebutkan bahwa, self-deception atau menipu diri sendiri adalah bagian upaya dari meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Dengan membayangkan dan yakin atas keberhasilan, meski itu belum terjadi, seseorang bisa menjadi terbiasa sehingga membawa kebiasaan baru. Kebiasaan untuk membangun optimisme bisa melakukan sesuatu.
Somehow, semua imajinasi yang berkecamuk di pikiran kita tentang diri kita sendiri adalah mimpi-mimpi liar yang sebetulnya bisa saja terjadi.
Tinggal lihat, apa yang bisa kita tentukan selanjutnya adalah dengan do action or stay on vacation.
Can you guess what the most successful and happy people think about all day long?
The answer is quite simple…
Healthy, happy people think about what they want, and how to get it, most of the time. In this way developing a positive attitude can truly change your entire life.
0 comments