Hal-Hal Yang Terjadi Ketika Kita Mulai Mencintai Diri Sendiri

By Farah Mayu - September 11, 2020

Jeng jeng jeng, sebelumnya aku mau bilang bahwa Insya Allah untuk kedepannya article that i would like to share is not only dalam bahasa inggris, aku akan mengusahakan menulis dalam bahasa indonesia juga hehe. 

Dikarenakan ada beberapa teman yang sempat request juga.

Alright, I  am voluntarily going to do it. 

And then, terima kasih sebesar-besarnya untuk teman-teman yang sudah bersedia meluangkan waktunya mampir ke blog dan baca tulisan-tulisanku sekaligus memberi kritik dan saran yang amat sangat positif. I absolutely appreciate all the effort which has been sacrified for. You're doing great job guys.

Well, let's back to the topic.

Mendengar kata "self-love" atau bisa kita sebut "mencintai diri sendiri" dengan cara sepenuhnya menerima apa yang sudah ada pada diri sendiri bukanlah hal yang mudah. All the same went by me. Semua penerimaan yang sudah aku lakukan, semua statement, semua self healing yang terus menerus coba aku tanamkan ke diri aku sendiri itu melalui proses yang amat sangat panjang. 

Jadi gini, ketika aku tanpa sadar membenci diri sendiri meskipun aku yakin semua itu dilakukan tanpa sengaja, itu jadi timbul banyak banget obstacle that doesn't even exist jadi hadir karena kekhawatiran berlebihan yang mana nggak perlu itu malah tercipta.

Terus menerus membandingkan diri sendiri sama orang lain entah dalam hal body appearance, knowledge, self skill, material or even things which have never been had yang mana orang lain itu punya yang akhirnya malah menimbulkan efek negatif buat pikiran kita sendiri yang ujungnya mempengaruhi perasaan kita juga.

To be honest, itu capek banget. Lama kelamaan aku merasa bahwa itu semua nggak benar, i mean like nggak ada benefit nya aja gitu buat diri sendiri. Yang ada, aku malah menciptakan toxic mindset dalam diriku sendiri which is itu nggak ada gunanya sama sekali.

Dan hal pertama yang coba aku lakukan pada saat itu adalah, aku menyebutnya proses "penyadaran diri" atau bisa juga refleksi diri. Ya, aku melakukan self-realization.

Lalu, apa saja yang dilakukan selama proses "self-realization"?

1. Berterima kasih kepada diri sendiri


Mungkin kedengerannya sepele, kayak "apaan sih nggak jelas banget" tapi pada kenyataannya it's not that easy. Begitu banyak small advice yang sering orang titipkan untuk kita agar bisa menjadi manusia baik yang salah satu nya dengan cara "senantiasa mudah mengucapkan terima kasih dan maaf."

Menurutku, dua kalimat tersebut tidak semata-mata hanya diberikan kepada orang lain saja tetapi justru diri sendiri jauh lebih membutuhkannya. 

"So, sudahkah kita mengucapkan terima kasih kepada diri kita sendiri?"

Bayangin deh, sudah seberapa kuat diri kita bisa melalui semua rintangan hidup yang jumlahnya nggak terhitung? Sudah berapa banyak kebohongan kata "aku nggak apa-apa kok" yang sering kita lontarkan dan yakinkan meskipun pada kenyataannya kita ini ada apa-apa. Sudah seberapa banyak waktu tidur yang kita korbankan untuk sekedar ngejar deadline tugas atau kerjaan? Sudah berapa keringat atau bahkan luka yang kita dapatkan ketika kita jatuh? Namun pada akhirnya kita bangkit dan nggak pernah menyerah buat terus maju ke depan sampai tahu-tahu luka yang kita dapat sudah hampir kering? Sudah seberapa besar kita bersabar dengan semua hal yang telah kita lalui hingga detik ini?

Sayang banget ya kalau kata terima kasih luput dari perhatian kita. Maka dari itu, aku nggak pernah melewatkan barang sehari pun buat mengucapkan kata terima kasih. Karena sekecil apapun tindakan dan usaha yang sudah kita lakukan, itu semua nggak bisa gitu aja terjadi kalau bukan karena diri kita sendiri (dan tentunya campur tangan Allah. Punteun, itu mah saklek ya hehe).

Sekali lagi, terima kasih banyak ya "diri" atas semua perjuangan, kerja keras, usaha, pengorbanan atau bahkan kebohongan serta kejujuran, dan juga semua hal baik yang sudah kamu lakukan. Kamu hebat, kita hebat. Dan kamu layak untuk mendapatkan ucapan "Terima kasih"

2. Sadar dan Menerima


Aku sadar, ketika kita berbicara mengenai cinta, ketika aku menginginkan keberterimaan, seharusnya itu semua bermula dari diri sendiri. We're not talking about how to get love or gain attention from others. We're talking about ourselves.

Sosok pertama yang selalu ada di samping kita, sosok pertama yang selalu ada tanpa diminta, sosok pertama yang selalu ada di setiap all the ups and downs, sosok pertama yang seharusnya cinta sama kita itu DIRI KITA SENDIRI. 

Jadi, bagaimana mungkin kita ingin dicintai orang lain sedangkan kita belum mencintai diri kita sendiri? Gimana caranya biar bisa diterima orang lain sedangkan diri sendiri belum mau menerima? Susah 'kan? Dan kesulitan itu kita sendiri yang buat, bukan orang lain. 

Ini bisa jadi sederhana, kita bisa merubahnya dari yang tadinya masalah menjadi sebuah hal yang positif. 

"Loh kok bisa? Are you kidding me?"

"Nope, I'm not even kidding."

Yuk mulai dari sekarang belajar buat menerima, terus lama kelamaan makin cinta sama diri sendiri.

Saat kita sudah bisa menerima diri kita seutuhnya maka menurutku, orang lain pun tidak akan pernah ragu apakah sosok mereka ini diterima atau tidak. What i say is about menghargai satu sama lain.

3. Duduk. Istirahat dulu.


Seriously, puncak-puncaknya aku self-realization itu selama proses meditasi di rooftop. 

Terus apa aja yang aku lakuin? 

Nggak ada hal lain yang aku lakukan selain duduk diam, tenang, tarik nafas buang nafas, duduk sila sembari memejamkan mata dan meletakan kedua tangan di atas paha (nggak lupa, jari jempol sama jari telunjuk menempel satu sama lain jadi jari jemarinya berbentuk oke dan di letakkan tepat mengambang di atas paha).

Tenangin pikiran sama hati, coba deh tanya sama diri sendiri,

 "Lagi ngejar apa sih sampe ngos-ngos an gitu? Sampe lupa sama diri sendiri, lupa buat istirahat dulu."

Disini aku nggak minta diriku buat totally stop, aku cuma minta buat istirahat, diem dulu sebentar tetapi bukan untuk berhenti dan tinggal gitu aja.

Karena memang betul, bahwasannya kita perlu mengistirahatkan hati dan pikiran dari semua kebisingan dunia yang sudah hampir sulit dikatakan sepi. Mencari ketenangan batin, I mean yang benar-benar ketenangan di saat ini merupakan hal yang begitu jarang untuk kita temui namun sebetulnya tidak begitu sulit untuk diciptakan.

By the way, I don't discuss doing meditation into the cave and wait for the upcoming epiphany. 

Kita bisa melakukan meditasi di mana pun, kapan pun dan di saat apa pun. Banyak cara sederhana yang bisa kita hadirkan suasana nyaman ketika bermeditasi. Lokasinya juga nggak sulit kok, right under the belt you're even can do it inside your own bedroom, atau bahkan di ruang keluarga, atau kalau memang punya space kosong di rumah ya itu juga bisa, kalau pun memang ada rooftop juga it might be possible as well seperti apa yang aku lakukan.

Nggak butuh waktu lama untuk bermeditasi. Kita bahkan bisa melakukannya hanya dalam 2 menit, itu kalau memang kita belum terbiasa dan masih pemula. Wajar kok, everything needs a process, either takes to more times. 

Just take it slow, nggak ada yang nyuruh kita untuk buru-buru kok. Nggak ada juga yang memaksa kita untuk melakukannya, dan nggak bisa juga kita tiba-tiba nyaman gitu aja. 

Sejauh ini pun, aku hanya menghabiskan waktu sekitar 10 menit perhari.

Next, salah satu temanku juga pernah cerita, actually ketika kita melakukan sholat 5 waktu (khusus bagi yang muslim) itu sebenarnya kita sedang melakukan meditasi loh, literally it's one of the way to get closer to The Source Energy. Percaya nggak percaya, tapi memang seharusnya begitu. Tetapi, honestly bagi diriku sendiri itu bukanlah hal yang mudah ya, belajar fokus saat sholat itu butuh effort yang luar biasa besar sih. Dan menurutku dengan melakukan meditasi, itu menjadi salah satu upaya agar diriku bisa lebih fokus lagi saat sedang sholat. Seriously, i guarantee, ini amat sangat membantu.

Di samping itu juga, bermeditasi, duduk diam itu bisa membuat pikiran kita lebih fokus. Kalau dari aku sendiri jadi bisa fokus dengan apa yang sudah aku miliki, fokus dengan apa yang sedang aku lakukan saat ini.

That's it. 

Focus on the moment. And somehow it occurs me to feel "ENOUGH" with every freaking thing and aspect of my life.

Lain kali, aku akan coba bahas mengenai "enough" ya fren. But not this right times.

Moves to the next point!

4. Rasa ingin adanya perubahan


Menurutku ketika seseorang melakukan sebuah perubahan atau menargetkan sesuatu itu ada dua jenis alasan.

  • Yang pertama, which is orang tersebut dengan terpaksa berubah karena ia membenci dirinya sendiri. Ia ingin berubah karena unsur keterpaksaan yang mana sejak awal tidak dibarengi dengan perasaan bahagia.
  • Yang kedua, seseorang melakukan sebuah perubahan yang dari awal ia sudah bahagia dengan apa yang ia miliki tetapi di satu sisi karena ia tahu ketika ia berubah ia akan menjadi lebih baik lagi. 

Anyone can guess the end of both results would like what?

Catatan, kedua alasan tersebut pada akhirnya sama-sama memiliki good purposes. Tetapi tidak ada yang bisa menjamin bahwa hasil yang pertama menunjukkan bahwa orang tersebut bahagia. Kenapa? Karena munculnya ketikpuasan yang timbul sebab adanya kemungkinan hasil akhir tersebut jauh dari ekspektasi.

Ekspektasi inilah yang membunuh rasa syukur. Kalau menurutku sih gitu.

Coba deh saat kita melakukan segala sesuatu itu ikhlas, tanpa pamrih dan juga ekspektasi berlebih. Maka, aku yakin, kita pasti akan jauh dari yang namanya kekecewaan.

Perubahan yang baik tentu berbarengan dengan alasan yang baik dan juga niat baik.

Sooooo, gimana nih, masih ragu buat cinta sama diri sendiri? Yuk, pelan-pelan belajar. Meraba-raba aja dulu, setelah itu jalan pelan-pelan, kalau sudah terbiasa, semuanya pasti akan jauh lebih mudah.

Semangat!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments