Photo by Pixabay from Pexels |
Once upon a time ketika aku sedang tidak dalam mode nomaden, lebih dari tujuh hari aku berdiam diri di rumah dalam masa pemulihan, nggak boleh pergi keluar sama sekali oleh ibu apalagi keluar kota, sudah tentu tidak ada kata yes. And she said, "wong masih sakit kok keluar, nanti nularin orang" sambil berkacak pinggang geleng-geleng mendengar permintaan konyolku.
"Ya sudah, nggak jadi kalau begitu. Di rumah terus sampai buluk deh."
Ya nggak lah, sampai sembuh saja cukup. Bercanda.
Akhirnya pagi ini aku diminta ibuku mengantarkan adikku berangkat ke sekolah. Nggak terasa tahunya adikku ini sudah beranjak remaja. Dengan gagahnya berpakaian putih abu-abu sembari menggendong tas punggung hitam peninggalanku. Tas export yang terlihat keren dan mahal pada jamanku. Rasanya seperti menjadi manusia paling keren pada saat itu. "Biar dunia tahu aku punya tas export hahahaha," pikirku saat itu. Yo nek saiki wes lapuk lah.
Ibu bangun dan mulai memasak lebih pagi dari pada sebelumnya. Sebab di masa pandemi semua terasa nggak se-sibuk saat sudah kembali normal. Lebih tepatnya New Normal. Jadi agak sedikit butuh penyesuaian, begitu tuturnya.
"Teh bantuin Ibu masak nih."
"Iya bu, bentar teteh beresin kamar dulu."
Selimut sudah terlipat rapi, bantal dan guling ditaruh pada tempatnya. Kulirik meja belajarku yang meskipun selalu rapi, aku selalu berusaha membereskannya kembali. Memastikan letak laptop lurus sejajar, keyboard dan mouse yang jaraknya pas, sedap dipandang mata dan nggak boleh miring. Botol minum yang isinya tinggal separuh pun langsung kuteguk. Kemudian menaruh satu buku yang semalam setelah dibaca lupa nggak langsung di taruh bersamaan dengan tumpukkan buku lainnya.
Dua hal yang selalu aku pastikan rapi (meskipun yang lainnya juga rapi sih) di bagian kamarku adalah kasur dan juga meja belajar. Berdasarkan artikel serta beberapa jurnal yang telah kubaca, kebersihan dan kerapihan meja belajar serta tempat kita tidur akan sangat mempengaruhi semangat serta produktivitas kita saat hendak berkegiatan.
Contohnya, bayangkan saja jika seorang mahasiswa hendak mengerjakan skripsinya yang belum rampung atau aku yang hendak melanjutkan tulisanku ataupun mereka para freelancer yang hampir kebanyakan menghabiskan waktu di meja tempatnya bekerja, baru saja ingin duduk, diri sudah disuguhkan dengan pemandangan tidak sedap. Meja berantakan, buku bertumpuk nggak karuan sana sini, sisir di sana, dompet di sini. Kabel charger laptop sleweran nggak jelas, kaca mata yang biasa akan digunakan pun wujudnya entah ada di mana. Wes mumet malah tambah mumet. Nggak enakkan?
Lantas, solusinya bagaimana?
Biasanya nih, ya jalan keluarnya memindahkan semua barang yang ada di meja ke atas tempat tidur. Iya kan? Hayo ngaku siapa yang masih suka kayak gitu? Dengan embel-embel pasrah dan perasaan malas membereskannya (yang penting mejanya dulu aja deh) pun membuat kita tanpa berpikir panjang melakukan hal tersebut.
Dengan dalih tak ada waktu lagi untuk bebersih, tumpukkan buku yang tadinya berada di meja kini berpindah ke atas kasur, belum lagi handuk habis mandi nggak langsung dijemur tergeletak sembarangan di atas sprei yang bentuknya sudah nggak karuan, printilan barang-barang kecil yang mengganggu pun segera di masukan ke dalam laci kecil di bawah meja yang mana isi lacinya sudah seperti kapal pecah, super berantakan. SRETT! Ditutuplah pintu laci tersebut, menyembunyikan sejuta kekacawan di dalamnya.
Dari situ pun aku sadar. Ternyata benar, bahwa kerapihan itu sangat berpengaruh terhadap produktivitas kita. Bukankah lebih nyaman jika meja terlihat rapi, kita nggak perlu repot-repot harus menyaksikan kesemrawutannya.
Setelah selesai merapikan kamar, aku pun bergegas ke arah wastafel untuk mencuci tangan dan mencuci muka.
"Mau masak apa bu?"
Sembari mencuci sayuran yang hendak ditumis, ibu menjawab, "Pagi ini kita masak oseng waluh, bikin telur dadar sama goreng ayam tempe tahu untuk sarapan sekaligus bekal adik ke sekolah dan bekal ayah ke kantor."
"Oke."
Long story short semuanya sudah rampung, tinggal aku yang masih siap-siap hendak mengantar adik ke sekolah.
"Teteh." Panggil adikku.
"Apaan?" Timpalku ketus.
"Buruan udah siap belum, ini udah jam setengah tujuh lebih. Teteh yang anter kan?"
"Iya, iya, bentar dulu ini kan lagi siap-siap. Bawel lu." Jawabku dari dalam pintu kamar yang tertutup.
Dalam hitungan menit, kami pun sudah siap dan hendak berangkat.
"Udah salim sama ayah ibu belum?" tanyaku.
"Oh iya belum..hehe. Bentar ya teh," jawabnya yang tak jadi menaiki motor.
Tak lama setelah itu adikku kembali muncul kehadapanku dan kami pun berteriak secara bersamaan, "Ibu, ayah, kita berangkaaaatt!"
Tin-tin, kubunyikan klakson sembari memajukan motor.
Berangkaaaattt...
~Cheerio!
Photo by Medhat Ayad from Pexels |
[From Asiye].........
Asiye went to watch Everywhere All at Once in the theatre with her family last week (it was a disaster, she would not recommend watching it with family, at all), then ended up watching the movie with a beloved person in discord. They did cry for very long and she ended up crying once again after hearing a googly eye reference.
The movie left her quite speechless; she spent hours comparing works of literature to the movie (the Minecraft and poem had her crying, shaking, and throwing up *metaphorically of course*), questioning the meaning of her life and the mundane in everything around her. She spent the next few days questioning the importance of her worries and realising how they are a very very tiny part of the beautiful and terrific cosmos.
however aside from all that hassle my dear friend, the meaning of life might be different for all of us. It could be sticking googly eyes on random places or writing silly letters or hugging our friends! It could also be saving or travelling the world to save the whole cosmos. Whatever our purpose or meaning is, we deserve love and forgiveness.
Remember how the world used to feel on your best days, expansive and bright. That world is still here, and you enable to find your way back to it. - madame clairevoyant
It really all comes down to love (oh god, please let it all come down to love), maybe it's all regarding letting the soft animal of your body love what it loves, as my dear friend Mary Oliver said in her very beloved poem "Wild Geese"; You do not have to be good, you do not have to walk on your knees for a hundred miles through the desert repenting. Let your hands go, you do not have to hold the spring between your hands, let your hands hold another (a tree perhaps). My dear lovely friend, let your heart rest, you do not have to walk with the weight of the world on your chest. (You do not have to be good). Come sit under the shade of a tree with me.
And the universe said, "I love you" because you are love, and you can try again. You can try loving as much as you'd like (because love is all around us) (because we are love and we are loved), because the only hopeful thing there is, is to try. My dear friend, you do not have to stay stuck under the burden of your mistakes, you do not always have to try your best. Ocean Vuong was indeed right, as we are on earth very briefly gorgeous, we can be ugly, and things can get messy. Let it all down and sit under a pretty tree.
My dear dear darling friend, let's live our teeny tiny lives in this cosmos as messily and clumsily we would like, let's allow ourselves to fall down and overflow for the 5th time that day, we do not have to be good, all we need to do is rest and try again, all we can do is to forgive. All we can do is try to be kinder everyday.
by @mrotisky on Twitter |
Asiye still said,
my dearest friends, I send you the warmest hugs and hope you are doing well despite the wind that seems to have caught all of us these days. We are doing well, we shall be well.
Warmly, Asiye.
Here's her poem that I love so much.
~Cheerio
Belajar Stoisisme Dari Sosok Fahri (Pemain Ayat-Ayat Cinta)
Photo by Luriko Yamaguchi from Pexels |
Begini nih kalo kebanyakan nonton film. Udah seneng, nggak bosen-bosen lagi untuk ngulik.
Okay, next.
Siapa sih yang nggak tahu film dwilogi satu ini, yep Ayat-ayat Cinta, salah satu fim yang cukup populer pada jamannya bahkan bisa saja sampai detik ini pun masih banyak digandrungi khalayak. Film ini diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy.
Series singkat atau dwilogi ini terdiri dari film pertamanya yang berjudul Ayat-ayat Cinta 1, dan Ayat-ayat Cinta 2. Dan kali ini saya mau langsung fokus membahas stoisisme yang tanpa sadar sudah diterapkan oleh tokoh Fahri di dalam film kedua yang diperankannya tersebut karena saya menyadari bahwa stoisisme dapat saya rasakan selama saya menonton film tersebut (Film pertamanya juga sih, tapi saya pengen bahas yang kedua aja ah).
Di mana film yang kedua ini merupakan lanjutan dari film sebelumya mengisahkan Fahri yang menghabiskan hidupnya sendiri di Edinburgh, bersama Hulusi asistennya yang berasal dari Turki. Kisah dimulai dengan Fahri yang tidak pernah mendengar kembali kabar Aisha istrinya dan menduga bahwa sosok Aisha telah hilang saat menjadi sukarelawan di jalur Gaza.
Eitsss itu baru permulaanya saja ya. Kita bahkan belum mendengar separuh dari kisahnya. Dari mulai saat itu kesedihan yang terus menghinggapi Fahri tidak membuatnya putus asa, justru ia menyibukkan dirinya sebagai seorang dosen dan juga pengusaha sukses di kota tersebut.
Hmm, do you guys reckon this?
Di sini Fahri sama sekali tidak menyalahkan keadaan, dia tidak menyalahkan istrinya yang menghilang ditengah-tengah konflik gaza, kemudian pencarian yang tidak membuahkan hasil belum lagi dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang menyebalkan. Kalian tahu respon beliau seperti apa? Ketimbang pusing memikirkan semua masalah yang begitu menjengkelkan, Fahri justru fokus kepada hal-hal yang bisa dikendalikannya, persepsinya atau penilaiannya terhadap apa yang sedang dialaminya. Realistis. Dengan penuh kesadaran ia menerima kondisinya bahwa istrinya hilang kemudian ia berusaha mencari istrinya.
Tidak sampai disitu, ia pun tetap melanjutkan kehidupannya dengan baik, memperlakukan semua tetangganya dengan adil dan hormat meskipun ia sering mendapatkan perlakuan tidak enak dari tetangganya. Apa dia membalas hinaan dan cacian yang ia dapatkan? Tidak. Apa dia langsung marah-marah tatkala mengetahui mobilnya sudah dicoret-coret seenaknya oleh tetangganya? Tidak. Dengan rendah hati, ia justru menerima itu semua dan membalasnya dengan perbuatan baik.
Gimana, penasarankan? Udah, daripada kalian kepo, lebih baik kalian coba tonton filmnya atau baca keseluruhan sinopsisnya di sini, especially bagi yang belum pernah atau sekedar ingin menonton kembali filmnya.
Jadi, apa sih Stoic itu? Sebagian pembaca mungkin sudah tidak asing lagi ya dengan filosofi satu ini. Biarkan saya menjelaskannya dengan singkat barangkali ada yang lupa hehe.
Apa itu Stoisisme?
Stoisisme menurut Kamus Oxford adalah daya tahan terhadap rasa sakit atau kesulitan tanpa mengeluh. Stoisisme sendiri merupakan ilmu filsafat Yunani Kuno yang didirikan selama periode Helenistik, periode sejarah Mediterania yang membentang dari 323 SM(setelah kematian Alexander Agung) hingga 31 SM yang menandai penurunan Yunani dari masa jayanya dan munculnya Kekaisaran Romawi.
"In its rightful place, Stoicism is a tool in the pursuit of self-mastery, perseverance and wisdom: something one uses to live a great life, rather than some esoteric field of academic inquiry."
Sedangkan poin utama dari cara hidup stoa merupakan proses yang sedang berlangsung dari mulai mengembangkan pengendalian diri, memberikan penilaian yang jelas, dan mengatasi emosi destruktif/negatif.
Saya setuju dengan pendapat Henry Manampiring(Filosofi Teras), bahwa hal utama yang ditemui selama mempelajari Stoisisme adalah betapa banyak prinsip-prinsipnya yang mirip selayaknya yang diajarkan agama, orang tua, nasihat kakek nenek, hingga budaya asli indonesia itu sendiri. Stoisisme lebih mengutamakan praktik nyata dan manfaatnya dalam hidup ketimbang meributkan dogma dan teks.
1. Hidup Selaras Dengan Alam
Salah satu ajaran utama Stoisisme adalah supaya kita hidup selarah dengan alam (in accordance with nature), artinya kita harus menggunakan akal sehat, nalar yang membedakan kita dengan makhluk lain ciptaan Yang Maha Kuasa. Mengendalikan diri dari mengikuti hawa nafsu serta emosi adalah tindakan nyata atas nilai ini.
Coba kita perhatikan beberapa situasi yang terjadi di dalam scene film Ayat-ayat Cinta 2 di mana mungkin beberapa tokoh kehilangan akal sehat walau hanya sesaat:
- Suatu hari Hulusi (Asisten Fahri) yang setiap pagi selalu menyiapkan dan mengelapi mobil yang biasa ditumpangi Fahri menemukan bahwa ada orang iseng mencoret-coret badan mobil Fahri menggunakan pilok berwarna kuning dengan tulisan (Monsters) yang - menurut kita - sengaja menyinggung perasaan pribadi. Hulusi langsung marah-marah sembari mengumpat, saking kesalnya sampai ingin menghajar si pelaku.
- Di sebuah scene kalau tidak salah ketika Fahri, Hulusi dan Misbah baru saja selesai melaksanakan sholat berjamaah. Hulusi langsung berpikiran buruk ketika Sang Imam mendekati mereka dengan raut wajah masam. Hulusi berpikir bahwa Sang Imam akan memarahi Fahri karena mengoreksi bacaan sholat yang sempat keliru.
- Sekumpulan pria muslim memaki-maki seorang wanita bercadar yang meminta-minta tepat di depan masjid. Pria itu lantas marah karena menurutnya seorang muslim yang mengemis dapat memberikan citra buruk bagi dirinya dan umat muslim.
Di semua contoh situasi tersebut, katakanlah kita atau mereka sedang tidak menggunakan nalar serta hanya mengikuti hawa nafsu saja. Apakah iya tindakan tadi bisa menghasilkan hal baik?
Kembali lagi, yang dimaksud selaras dengan alam di sini artinya, sebisa mungkin, di setiap situasi hidup yang terjadi, kita jangan sampai kehilangan akal sehat kita agar terhindar dari ketidakbahagiaan.
2. Dikotomi Kendali
Salah satu quotes populer yang saya temukan di dalam bukunya Henry adalah quotes yang Ia peroleh dari seorang filsuf. Saya yakin kalian sudah tidak asing dengan nama ini.
"Some things are up to us, some things are not up to us." - Epictetus (Enchiridion)
"Ada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak berada di bawah kendali (tidak tergantung pada) kita."
So, di dunia ini sudah jelas bahwa ada pembagian jelas antara yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan. Hal-hal yang bisa kita kendalikan adalah motivasi, usaha, dan opini. Sedangkan hal-hal yang berada di luar kendali kita adalah kekayaan, opini, perilaku orang lain, kesehatan, dsb
"Aisha masih belum bisa ditemukan," kira-kira begitulah pesan singkat yang bisa Fahri berikan ketika Misbah bertanya tentang keberadaan Aisha, istri Fahri. Fahri sudah mengerahkan segala upaya untuk mencari keberadaan Aisha yang belum diketahuinya. Sebelum berangkat baik Aisha dan Fahri sudah memastikan bahwa keberangkatan Aisha ke negara Palestina akan aman, semua sudah dipersiapkan dengan matang. Aisha datang ke sana bukan semata-mata hanya berkunjung melainkan menjadi seorang relawan. Tentunya saat mendengar kabar pemboman terjadi di tempat Aisha bertugas, Fahri sangat takut dan khawatir dengan keadaan istrinya. Belum lagi tiba-tiba sambungan telfon antara dirinya dengan Aisha tiba-tiba terputus. Di situlah momen terakhir Fahri mendengar suara Aisha. Fahri terpuruk sekali. Setelah mendengar itu semua, mungkin sebagian dari kita jika berada di dalam posisi Fahri akan memikirkan segala pertanyaan yang mengganggu, "Di mana kesalahanku ya?; Apakah persiapannya selama ini kurang baik? Apakah kebaikanku selama ini kurang di mata Tuhan?; dan seterusnya. Pada akhirnya justru jika kita serperti itu maka kita harus menegur diri sendiri untuk segera berhenti. Bagaimana dengan Fahri sendiri? Fhari tentunya langsung mengevaluasi diri, dan berhenti berlarut-larut dalam kesedihan sampai menyesalinya secara berlebihan. Terjadi pemboman di tempat Aisha bertugas itu berada di luar kendali Fahri. Pencarian yang telah dilakukan Fahri pun berada di luar kendalinya. Fahri memang bisa berusaha sebaik-baiknya dalam persiapan pemberangkatan Aisha atau pencarian Aisha, tetapi hasil akhir sepenuhnya sudah di luar kendalinya. Fahri ikhlas dengan ujian hidup yang dia alami yang kemudian justru membuatnya bisa lebih tenang. Seperti pepatah,
"Manusia yang berusaha, dan Tuhan yang menentukan hasilnya."
Dalam bukunya, Henry menyebutkan bahwa, masih ada hari esok yang masih harus diperjuangkan. Begitu pun dengan Fahri, ia tetap menjalani kehidupannya seperti biasa kembali.
TIDAK di bawah kendali kita:
- Tindakan orang lain.
- Opini orang lain
- Reputasi/Popularitas kita.
- Kesehatan kita.
- Kekayaan kita.
- Kondisi saat kita lahir, seperti jenis kelamin, orang tua, saudara-saudari, etnis/suku, kebangsaan, warna kulit, dan lain-lain.
- Cuaca, gempa bumi, wabah penyakit, peristiwa alam lainnya.
DI BAWAH kendali kita:
- Pertimbangan (judgement), opini, atau persepsi kita.
- Keinginan kita.
- Tujuan kita.
- Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan kita sendiri.
Tidak hanya itu, Epictetus menjelaskan dalam buku Enchiridion,
"Hal-hal yang ada di bawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat; tetapi hal-hal yang tidak dibawah kendali kita bersifat lemah, bagai budak, terikat dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah, jika kamu salah mengira hal-hal yang bahgaikan budak sebagai bebas, dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri... maka kamu akan meratap, dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia."
Sederhananya, kalau lo terobsesi dengan hal-hal diluar kendali lo, seperti perbuatan /opini orang lain, popularitas, kekayaan kita dan kesehatan kita, maka siap-siap kecewa cuy.
Stoisisme mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal yang berada di bawah kendali kita. Dengan kata lain, kebahagiaan sejati hanya datang dari dalam.
3. Kendalikan Persepsi
Sadarkah kita bahwa sumber sebenar-benarnya dari segala perasaan negatif seperti keresahan dan kekhawatiran kita itu berasal dari dalam pikiran kita sendiri, bukan dari hal-hal di luar kita. Contoh situasi yang Fahri alami diantaranya:
- Mobil dicoret-coret orang
- Salah satu mahasiswanya ada yang menganggap dirinya rasis
- Sekelompok Jewis langsung mengusir keberadaan Hulusi, Fahri, dan Misbah yang padahal dengan niat baik mengantarkan nenek Katarina ke tempat peribadatannya
- Kedatangan sepupunya Aisha yang mendadak
- Salah satu tokonya tercuri
- Istrinya masih belum ditemukan
- Dibenci oleh tetangganya sendiri
- Dianggap pembunuh
Namun di sini, baiknya, sosok Fahri tidak menganggap apa yang terjadi di dalam kehidupannya itu hal buruk. Ia tak pernah repot-repot berburuk sangka kepada orang lain. Pikiran-pikiran buruk seperti,
- "Kenapa Tuhan tega membuat istriku hilang?"
- "Sialan, saya disangka pembunuh. Kurang ajar!"
- "Kenapa harus toko saya sih yang kecurian?"
- "Saya kena karma apa ya sampai apes seperti ini?"
- "Hidup saya selalu sial, dikelilingi tetangga nggak tahu diri, mahasiswa aneh, dsb."
Selama ini apapun yang ia lakukan merupakan hal baik dan tulus. Ia tak pernah pilih-pilih dalam berbuat baik. Bahkan nenek Katarina, salah satu tetangganya begitu membenci Fahri karena menurutnya seorang muslim adalah pembunuh dan orang-orang jahat. Ia bahkan sempat menuduh Fahri dan Hulusi telah melakukan hal bejat kepada Brenda. Meski demikian, dengan tulus Fahri justru mengabaikan hal tersebut dan menawarkan tumpangan kepada nenek Katerina. Sebab Fahri ikhlas menerima bahwa ini merupakan ujian kesabaran untuknya.
4. Jangan menyalahkan diri sendiri
Seringkali jika kita mengalami suatu musibah, ujian atau ketidakberuntungan, kita menyalahkan diri sendiri. Stoisisme mengajarkan kita berhenti berpikir hal tersebut dan coba untuk mengendalikan persepsi kita terhadap suatu kejadian. Seperti yang dilakukan Fahri dalam menyikapi semua ujian yang melanda hidupnya.
Fahri menyadari bahwa apa yang ia alami adalah sesuatu yang di luar kendali sehingga tidak perlu merasa sedih berlarut-larut karenanya dan bahwa kejadian itu merupakan kehendak alam karena segala hal di dunia saling berhubungan satu sama lain. Sama seperti yang diajarkan stoisisme, Fahri tidak pasrah begitu saja dan tidak menyalahkan orang lain.
Recalling that,
"There's nothing either good or bad, but thinking makes it so." - William Shakespeare
Stoisisme mengajarkan kita untuk menginterpretasi peristiwa negatif sebagai ujian, kesempatan untuk menjadi lebih baik. Begitu pula yang dilakukan oleh Fahri. Sebelum ia menemukan semua kebahagiaannya kembali, ia sempat kehilangan istrinya dan ditinggalkan orang-orang terkasihnya. Sebelum ia berhasil menjadi dosen yang pintar dan terkenal, ia dituduh dan harus menjalani hukuman penjara yang bahkan bukan kesalahannya sendiri(potongan scene di film pertamanya).
"Constant misfortune brings this one blessing. Those whom it always assails, it eventually fortifies." - Seneca
Di balik setiap musibah yang terjadi di hidup kita, senantiasa selalu ada kesempatan kita menjadi seseorang yang lebih kuat.
Gimana?
Sudahkah menerapkan stoisisme?
Bagaimana rasanya sejauh ini?
Perubahan apa saja yang sudah dirasakan? Komen di bawah sini ya.
~Cheerio
------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka
Epictetus. 2017. The Enchiridion. Independently published
https://dailystoic.com/stoicism-five-lessons/, diakses pada 15 juli 2022
https://www.idntimes.com/science/discovery/deny-hung/5-pelajaran-penting-stoisisme-c1c2?page=all, diakses pada 20 Agustus 2022
Manampiring, Henry. 2019. Filosofi teras : filsafat Yunani-Romawi kuno untuk mental tangguh masa kini. Jakarta : Kompas.
Marcus Aurelius. 2018. Meditations. New York: East Indian Publishing Company
Seneca. 1969. Letters from a Stoic. London: Penguin Books.
Sebelum memulai, alangkah baiknya teman-teman bisa menyalakan video di bawah ini ya. Instrumen ini cocok sekali untuk uplifting mood kalian karena kebetulan instrumen inilah yang seringkali menemani hari-hariku, khususnya tiap kali aku sedang menulis. Supaya suasana hati kalian jadi lebih seru gituuu hehe.
Pagi ini pukul delapan tiga puluh, tepatnya pada tanggal dua puluh tiga juli aku memasak bubur yang enaaaakk sekali rasanya. Eh, rasa bubur buatanku selalu enak deh, hampir tidak pernah gagal, kalau tidak salah ya. Semuanya sudah terbukti oleh lidah-lidah orang rumah hehe.
Sebetulnya ini kali pertama bagiku untuk kembali memasak bubur. Rasanya sudah lama sekali tidak pernah bereksperimen dengan bahan-bahan dapur khususnya saat membuat bubur.
Alasanku memutuskan untuk membuat bubur adalah karena hari ini aku sedang sakit, alhamdulillah tidak terlalu parah, inshaAllah masih baik-baik saja hanya sedikit kelelahan karena di hari-hari sebelumnya hampir sering sekali pergi keluar kota bolak-balik terus menerus. Mau bagaimana lagi, selagi masih diberikan kemampuan yang cukup, kita harus bisa mandirilah pergi ke sana kemari sendiri karena sudah menjadi tanggung jawab sendiri, meskipun pada akhirnya tumbang juga wkwk. Tapi, tenang saja, untungnya ini adalah hari ketigaku, dan aku sudah berobat ke dokter. Kata dokter ini memang hanya kelelahan saja, kebanyakan bepergian jadi kebanyakan angin yang masuk.. engga deh kalau yang itu bercanda.
Sebetulnya memasak bubur itu biasanya dilakukan ketika dalam kondisi khusus, contohnya ada yang jatuh sakit, namun bukan berarti hanya boleh ketika sakit, kapanpun kita mau juga boleh kok. Hanya saja, seringkali tatkala kita sedang sakit, rasanya mau makan ini itu tidak berselera, tidak enak, lebih baik kuracik bumbu versiku sendiri dan jadilan bubur!
Untuk kali ini bahan-bahan yang aku gunakan untuk membuat bubur cukup sederhana, ya sebenarnya selalu sederhana sih, menggunakan bahan-bahan yang ada di dapur. Barangkali dari kalian ada yang ingin mencoba memasaknya, berikut bahan-bahan yang harus disiapkan untuk membuat bubur:
Ingredients
- 2 gelas beras putih/ 500ml beras (mon maaf ini porsi banyak ya bund, silakan bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing)
- 3 siung bawang putih
- 1 sdm mentega/ minyak secukupnya
- 1 batang daun bawang
- 1 atau 2 buah tomat
- 1 telur ayam (mau telur dinosaurus juga boleh kalau ada wkwk)
- Garam secukupnya
- Kaldu jamur/kaldu ayam secukupnya
- Lada bubuk secukupnya
- Air yang sangat banyak (namanya juga bikin bubur)
Hmmm apalagi ya? kayaknya udah deh. Next kita ke step by step dalam membuat bubuuul.
Method
- Potong kecil-kecil bawang putih, dan daun bawang
- Potong tomat menjadi empat atau enam bagian (sok itu mah suka-suka sendiri)
- Tumis bawang putih yang sudah dipotong kecil-kecil bersamaan dengan mentega dengan menggunakan api kecil sampai wangi
- Masukan beras yang sudah dicuci ke dalam panci
- Saute selama beberapa menit baru kemudian tambahkan air yang banyak
- Tunggu hingga air mulai menyusut dan terlihat blubuk-blubuk ( kurang lebih sekitar 45 menit di api kecil ya, supaya tidak gosong bagian bawah buburnya)
- Jika ternyata masih kurang melebur, maka kita tambahkan air matang secukupnya hingga tekstur nasi berubah
- Masukan garam, lada bubuk dan kaldu ayam sesuai kebutuhan
- Masukan daun bawang dan tomat yang sudah diiris-iris, biarkan hingga 5 menit
- Masukan 1 butih telur dan aduk / kalian bisa masukan 1 butih telur utuh tanpa diaduk (optional ya)
- Masak hingga nasi berubah menjadi tekstur bubur sesuai dengan keinginan kalian
- Jika dirasa sudah cukup, maka matikan kompor dan sajikan!
Bagaimana, easy peasy lemon squeezy kaaan? Monggoh silakan bisa teman-teman coba di rumah masing-masing, jangan di rumah tetangga ya, nanti dimarahin hehe...
Maaf ya, aku lupa nggak sempat foto hasil jadinya. Sudah keburu diaduk dan habis dimakan nih karena saking menggiurkannya hehe.
Mau tahu nggak kenapa judulnya Roh Bubur Jahat?
Coba deh kalian lihat foto ini...
Kalian bisa lihat kan ada kepulan asap putih yang dikeluarkan oleh si bubur. Iya, rasanya itu terlihat seperti roh-roh jahat yang baru saja keluar dari bubur yang baru saja matang. Benar-benar panas sekali. Kalau saja kalian melihatnya secara langsung, aku rasa kalian pun akan berpikiran sama. Kepulan asap yang terus menerus dikeluarkannya terlihat seperti serbuan roh jahat yang tiada habisnya. Tebal sekali. Pantas saja banyak asapnya, kan makanannya baru saja diambil dari panci yang super panas.
Aku yakin, jika langsung kulahap bubur panas itu, sudah pasti mulutku rasanya seperti terbakar. Mungkin sudah mati rasa. Tolong hati-hati, makanan panas tidak bagus jika langsung masuk ke dalam mulut kita, nanti lidahnya bisa berwarna hitam dan lidahnya akan terasa aneh. Lebih baik tunggu hingga temperatur makananmu sudah turun ya.
Untuk kali ini entah kenapa aku ingin sekali membagikan, rasanya lucu. Nggak melulu yang dibagikan harus yang serius kali ya, seru-seruan dikit biar nggak spaneng haha.
Have a great weekend fellas~
Jangan lupa bahagia. Oiya, kalau kalian coba memasak ini atau memasak versi bubur kalian jangan sungkan sharing-sharing ya. Kutunggu...
Gimana, siap bereksperimen dengan weekendmu?
Cheerio!