Yuk! Mari Mengenal Slow Living Movement

By Farah Mayu - June 29, 2022

Ketika dunia berlomba-lomba dalam kecepatan, slow living atau filosofi kehidupan yang lambat bisa menjadi sebuah solusi.

Mari  kita bedah secara sederhana apa itu Slow Living.

Aku tahu, kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ini, sudah banyak informasi yang kalian dapatkan melalui platfrom media sosial. Dengan sedikit berbekal ilmu yang kumiliki, aku ingin menyampaikan apa itu Slow Living menurut versiku sendiri.

Slow Living adalah gerakan di mana seseorang memutuskan untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan bermakna dengan memperlambat segalanya dan lebih menghargai dunia sekitar mereka dan apa yang mereka miliki.

Beberapa orang mendefinisikan Slow Living sebagai sekedar meluangkan lebih banyak waktu untuk perawatan diri. Yang lain mendefinisikannya lagi sebagai sebuah langkah menjauh dari tujuan 'tradisional' – seperti pekerjaan penuh waktu (full time job) atau mainstream schooling – dalam mengejar gaya hidup yang lebih lambat.

Namun, sebagiannya lagi justru memilih untuk mendefinisikan Slow Living sebagai hal yang memiliki beberapa prinsip inti yang mengikatnya secara bersamaan. Misalnya, bernafas, merawat diri, dan memprioritaskan suatu hubungan.

Sebetulnya, tidak selalu mudah untuk memperlambat atau memencet "tombol jeda" pada sebuah komitmen yang telah dibangun, tetapi menerapkan beberapa prinsip Slow Living sepanjang kehidupan sehari-hari kita, dapat membantu kita merasa lebih tenang, terutama ketika dunia terasa begitu kacau balau. 

Iya kan?

Coba ambil nafas dalam-dalam, sekarang saatnya untuk mengambil waktu sejenak dan benar-benar mencoba belajar merangkul dirimu, apa yang kamu mau dengan menerapkan gaya hidup Slow Living.

Ada beberapa prinsip sederhana yang bisa kita praktikan dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin bisa jadi cocok untuk kita.

Pertama. Cobalah ambil nafas dalam-dalam.

Terlihat sederhana, bukan? Iya sih– tapi seringkali terlalu mudah untuk dilupakan. Padahal tarik nafas dalam-dalam merupakan cara yang paling baik untuk menenangkan diri kita (dan yang paling penting, gratis!). Supaya bisa mendatangkan lebih banyak penyadaran dalam kehidupan sehari-hari. Bahwasannya banyak kebahagiaan yang bisa kita raih dari sebuah kesederhanaan.

Bernafas perlahan-lahan secara sadar dapat membantu kita agar lebih merasa terhubung dengan perasaan akan merasa syukur pada momen saat ini or focus on the present time.

Rangkullah Kesederhaan.

Salah satu filosofi utama dari Slow Living movement adalah ide dari kesukarelaan dalam kesederhanaan, di mana kita dapat memilih untuk menghilangkan beban dari kehidupan kita untuk dapat menikmati lebih banyak hal lagi.

Nah, ini bisa berupa kegiatan yang menyenangkan seperti decluttering barang-barang sendiri atau decluttering rumah ala Marie Kondo, di mana kita menyingkirkan barang-barang yang tidak lagi 'memicu kebahagiaan'. Rumahku istanaku. Rumah adalah tempat kita tinggal, tempat di mana seharusnya terasa menyenangkan. Jadi saat kita menyingkirkan berbagai kekacauan atau hal-hal yang bikin sumpek justru memudahkan kita agar bisa menciptakan tempat yang lebih hangat, dan ramah untuk dinikmati setiap hari.

Rumah bisa tampak lebih nyaman meskipun terlihat begitu sederhana. Karena kemewahan yang berlebihan serta kesemrawutan hanya akan membuat kita tidak nyaman dan cenderung merasa jengah.

Nikmatilah setiap makananmu dengan perlahan.

Sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk benar-benar menikmati makanan dengan perlahan. Yang kutahu, jika makanan itu enak, rasa-rasanya ingin sekali cepat-cepat dihabiskan. Ya kan? Awalnya aku pun begitu hingga akhirnya gaya hidup Slow Living memberikan pandangan yang justru berbanding terbalik. 

Menikmati setiap hidangan dengan perlahan merupakan cara yang bagus untuk merasakan Slow Living. Bahkan tidak hanya itu, memasak dengan perlahan juga termasuk dari bagiannya.

Cobalah makan dengan perlahan dan hargai setiap makanan tersebut–rasakan setiap bumbu-bumbu yang ada di dalamnya serta buatlah dirimu betul-betul merasakan tekstur, rasa dan bau dari makanan yang sedang kamu nikmati.

Ini tidak hanya akan membantumu lebih menikmati makanan, namun juga merupakan salah satu cara terbaik untuk melatih 'kefokusan'mu.

Luangkan waktu untuk diri sendiri.

Meskipun tidak selalu mudah untuk mengulur waktu dari target kita, menurutku tetap penting untuk kita mampu memiliki waktu sendirian yang di mana kita fokus hanya untuk kenyamanan diri sendiri. Berdasarkan pengalamanku, waktu menyendiri itu justru baik untuk pikiran sendiri. Relaksasi diri, evaluasi diri dan tanyakan pada diri apa mau nya? Bagaimana kabarnya? Apakah dirimu sendiri sedang dalam kondisi baik atau tidak baik-baik saja? Sebab hanya dirimulah yang betul-betul paham kondisimu saat ini, bukan orang lain.

Bukan hanya itu, saat kita memiliki waktu menyendiri itu juga memungkin kita bisa menyegarkan pikiran dan memberi kita waktu serta peluang untuk mengerjakan proyek-proyek dan tujuan dirimu sendiri. Aku yakin, tiap dari diri kalian pasti memiliki cita-cita yang selalu ingin dilakukan jikalau memiliki waktu luang.

Lakukan detoksifikasi digital.

Sebetulnya tema yang berulang di semua prinsip Slow Living adalah menghabiskan lebih sedikit waktu dalam penggunaan perangkat digitalbaik itu handphone, atau gadget lainnya.

Melakukan detoksifikasi digital secara teratur seringkali memaksa kita untuk menikmati setiap momen yang terjadi pada saat itu–alih-alih scrolling Tiktok atau Instagram terus menerus atau menonton berbagai Drama Korea, kita justru bisa beristirahat sejenak dengan tidur siang atau menikmati pemandangan langit cerah siang itu sembari ditemani minuman kesukaanmu.

Oke. Jika kita mengambil satu saja inti dari Slow Living movement, itu adalah...

"Memutuskan untuk menyambungkan kembali"

Yang mana hal tersebut itu berkaitan dengan alam, dirimu sendiri, dan lingkungan sekitarmu–sesering mungkin.

Perlahan-lahan, percaya atau tidak, dirimu beserta pikiran dan kesehatan jiwamu pasti akan jauh merasa lebih tenang.


Cheerio~

  • Share:

You Might Also Like

0 comments