4 Cara Self-healing Yang Bisa Dilakukan di Rumah (Farah's version)

By Farah Mayu - May 21, 2021

Dalam hidup nggak selamanya bakal mulus-mulus saja. Akan ada saatnya di mana kita benar-benar merasa bahagia dengan segala pencapaian yang sudah kita miliki, bahagia dengan apa yang kita punya, atau bahagia dengan perhatian-perhatian kecil yang kita dapatkan dari sekeliling kita. 

Namun bukan berarti kita akan selamanya merasakan bahagia, pasti akan ada satu titik di mana kita akan merasa sangat lelah, jengah dengan semua aktivitas yang kita jalani. Rasanya sumpek, isi otak sudah nggak berjalan dengan baik, semuanya terasa menjengkelkan. Bawaannya capek terus sampe rebahan aja kadang lebih terasa melelahkan, ya meskipun nggak banyak energi yang kita keluarkan atau kita gunakan. Kita cenderung merasa lelah batin, lelah pikiran yang akhirnya malah jadi berimbas terhadap mood kita.

Nah, untuk mengatasi hal tersebut, ada baiknya kita pun memiliki cara untuk mengalihkan itu semua dengan praktis, simple, dan gratis alias tanpa perlu mengeluarkan duit. Kita bisa melakukannya sendirian, bisa dilakukan di rumah, dan bisa kapan saja.

Bagaimana caranya?

Tinggal scroll down, Folks!

1. ME TIME DENGAN MANDI SANTAI

Mandi santai adalah salah satu cara yang ampuh untuk menyembuhkan segala penat kita. Meskipun mandi di sini nggak selamanya harus berendam di dalam bathtub yang berisi air panas sekaligus dicampus susu, kita bisa melakukannya seperti mandi pada umumnya, bawa peralatan Me Time-mu sendiri seperti luluran dengan lulur yang biasa kamu gunakan. 

Kita juga bisa menggunakan wewangian seperti aroma terapi atau sembari luluran menyalakan lilin dengan wangi kesukaanmu. Serius deh ini ampuh banget! Aku sendiri paling suka banget sama yang namanya luluran, karena wangi lulurnya sendiri pun bisa membuat kita rileks. Pastikan selama kita luluran, kita melakukannya dengan gentle ya, karena itu juga salah satu cara kita menyayangi diri kita sendiri. Setelah luluran selesai, bisa kita selingi maskeran sebelum akhirnya bilas dan mandi menggunakan air hangat. 

2. BERMEDITASI DZIKIR(MENYEBUT NAMA ALLAH)

Kita hidup di jaman modern yang mana termasuk banyaknya kebisingan, distraction atau pengalihan, dan juga overload information. Indra kita terus-menerus dirangsang dari segala arah ke titik di mana momen hening yang sederhana tampaknya mustahil bagi sebagian dari kita.

Meditasi memiliki manfaat fisiologis, mental, dan spiritual bagi kita yang menderita nyeri (Lee, Ahn, Lee, Choi, & Yook, 2006). Selain itu, meditasi adalah praktek yang efektif untuk mengatasi nyeri dan juga meredakan gejala nyeri otot atau persendian (Berman di dalam Monk, 2003).

Meditasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasuki keadaan tidak sadar dan dapat memperkuat jiwa, raga, dan pikiran sehingga dapat mengurangi sensasi nyeri. Hal ini dikarenakan ketika seseorang bermeditasi, terjadi beberapa macam perupahan pada area otak, sehingga persepsi nyeri dapat diminimalisir (Kakigi, Nakata, Hiroe, Inui, Hiroe, Nagata, dkk., 2005).

Dzikir adalah salah satu bentuk dari meditasi. Ini adalah situasi di mana seseorang sedang beristirahat sementara dari dalam dia terjaga. Hal ini mirip dengan kondisi seseorang tidur siang tanpa benar-benar terlelap (Purwanto & Zulekha, 2007). Meditasi dzikir dilakukan selama beberapa menit, tetapi dapat memberikan lebih banyak relaksasi dan memberikan kesadaran penuh terhadap perasaan orang yang bermeditasi.

Mohon maaf ini agak sedikit ilmiah ya folks, as the clear evidence of the whole topic.

Sebuah studi di Indonesia sendiri menemukan adanya hubungan signifikan antara meditasi dzikir dengan insomnia. Purwanto dan Zulekha (2007) telah melakukan research bahwa meditasi berdzikir meditasi dzikir merupakan cara religius mengurasi gangguan insomnia. Dengan kata lain, meditasi dzikir memiliki efek relaksasi terhadap sistem tubuh kita.

Menurut Zohar (2000), amalan dzikir menyebabkan gelombang otak menjadi tenang dan orang yang bermeditasi menjadi lebih rileks.  Dia akan dibawa ke kesadaran yang kosong. Ini akan meningkatkan gelombang otak koheren ke frekuensi 40 Hz. Perubahan gelombang otak selama proses meditasi dzikir akan ditunjukkan dengan kondisi ketenangan.

Nafas menjadi lebih lambat, tubuh menjadi rileks dan ini memberikan ketenangan yang dalam. Bahkan dalam suatu kasus, dengan cara meditasi dzikir mampu mengurasi rasa sakit yang terjadi selama operasi pasca-operasi perut. 

Meditasi dzikir adalah salah satu bentuk ritual islam dan digunakan untuk memusatkan pikiran agar mengalami perasaan batin yang tenang (Sitepu, N. F., 2009). Karena ketika kita sedang bermeditasi dzikir, kita secara terus menerus menyebut nama Allah Subhannahu Wa Ta'ala. Kata dari "Allah" sendiri memiliki kekuatan penyembuhan contohnya yang sering kita sebut seperti: "Allah is the Greatest" (Allahuakbar); "Allah is the Holiest" (Subhanallah); "All praise to Allah" (Alhamdulillah); "There is no God but Allah" (Lailaha illallah).

Saat bermediatasi Dzikir, kita merasakan ketenangan dan kedamain karena merasa dekat dengan Allah. Makanya, kalau dzikir jangan ngebut-ngebut, dikira belapan apa ya, kasian malaikat yang mau nyatet juga bingung karena kalau ngebut kedengerannya kayak komat-kamit nggak jelas. Hehe, canda deng.

3. DO WRITING THERAPY

Perihal menulis ini, sebetulnya aku pribadi sudah menekuninya sejak tingkat pertama High School. Di mana waktu itu lagi senang-senangnya baca buku. Buku apa saja bisa aku baca. Dari fiksi sampai ke nonfiksi. Karena saking seringnya baca lama kelamaan kok kayak ada yang kurang. Rasanya begitu banyak kata, pemikiran, ide-ide yang berkecamuk di dalam kepala sendiri. Tapi pada saat itu aku masih bingung, bagaimana cara untuk melepaskannya, cara agar semua ide-ide ini bisa terbebaskan dengan leluasa. 

Mungkin sebagian orang lebih senang mendiskusikannya dengan orang lain, saling bertukar pikiran dan pendapat. Sayangnya, aku merasa lingkungan pertemananku waktu itu kurang supportive untuk bisa diajak berdiskusi. Akhirnya aku pun diam. Cukup lama sebetulnya. Tapi, seiring berjalannya waktu aku mulai merasa nggak nyaman nih, dan entah ide darimana, mulai detik itu pun aku menulis diaryku sendiri setiap hari.

Ya, hanya diary sederhana tentang kehidupan yang aku jalani setiap hari. 

Dan ternyata, cara itu berhasil! 

Semua perasaan, pikiran, ide-ide yang ingin sekali aku ungkapkan tertuang di dalam buku diaryku. Hingga detik ini, aku pun masih menyempatkan diri untuk menulis APAPUN. Yang penting harus menulis, tuangkan apa yang kamu pikirkan, ceritakan apa yang perasaanmu rasakan.

Karena penasaran, aku pun melakukan research kecil-kecilan tentang menulis ini, dan ternyata menurut penelitian psikologi disebut sebagai WRITING THERAPY.

Yepp, WRITING THERAPY.

Tetapi writing therapy ini bukan hanya menulis lalu membagikannya di media sosial supaya orang banyak bisa menilai dirimu dari tulisanmu. No.

Tekanan hidup di zaman kita itu besar. Tetapi ada cara untuk melampiaskannya, yaitu dengan menulis.

Jatuh cinta, patah hati, di bully, dimusuhi teman, dimarahi orangtua, berantem sama adik sendiri, sulitnya pejuangan memahami materi perkuliahan, beratnya tugas-tugas dari dosen, susah dan senangnya di awal perkuliahan, sampai ribetnya ketika sudah jadi mahasiswa akhir, lika-liku percintaan di umur yang sudah memasuki kepala 2 yang apa-apa harus lebih serius, bahagia dengan pencapaian-pencapaian kecil selama ini, belum lagi jika sedang gundah gulana menentukan mana pilihan terbaik yang harus dipilih, deg-deg an nya pas mau ikut lomba, semuanya di tumpahin ke dalam diary. Long story short, cinta rindu dendam benci semua dibuang ke buku harian.

Tahu nggak tujuan writing therapy itu apa?

Justru tujuan dari writing therapy ini adalah untuk menumpahkan segala isi pikiran dan hatimu, mengendapkan rasa ketika membaca dan membaca lagi tulisan tersebut bisa timbul pencerahan mendalam yang menyebab si pembaca menjadi lebih tenang.

Menulis adalah salah satu bentuk terapi.

Semua orang perlu menulis.

Cobain deh. Seru!

4. SELF HEALING THROUGH DRAWING

Sama dengan menulis, menggambar juga merupakan salah satu metode alternatif self-healing through art. Karena dengan menggambar kita bisa mengekspresikan banyaaaaak hal, meskipun berupa coretan yang kalau dilihat-lihat mungkin tidak bermakna. Eiittss, tapi itu tidak benar.

Menggambar itu rasanya kayak anak kecil lagi, beban-beban seketika berasa nggak ada. Yaudah kayak anak kecil yang nggak punya beban hidup haha.

Karena ketika kita menggambar, coretan-coretan yang kita torehkan di kertas, eh kayak luka aja ditorehkan. Nah, ini justru benar. Sebab luka-luka yang kita punya, beban-beban yang kita tanggung, pikiran yang nggak pernah beres-beres itu perlu dibebaskan.

Pensil kalian, pulpen kalian, tatkala ujungnya menyentuh kertas coba rasakan setiap goresan dan tekanannya. Coba perhatikan bagaimana awal mula dirimu menggambar hingga hasil akhirnya. Biasanya jika kita memang sedang stressful, gambar kita cenderung terlihat seperti coretan-coretan njelimet.

Karena kalau nggak njelimet itu rasanya kayak ada yang kurang. Itu yang sering aku rasakan. Njelimet di sini bukan berarti harus abstrak ya atau hasil gambarnya kayak uwek-uwekan nggak jelas. Ya mungkin ada yang seperti itu tetapi nggak semua orang seperti itu. Terkadang hasil gambaran kita ya normal, bagus-bagus saja, tapi garis-garis yang kita buat itu cenderung njelimet.

Asli deh, setelah beres menggambar, beban-beban pikiran sama perasaan-perasaan negatif itu terhempaskan. Semua negative thoughts nya sudah pindah ke dalam kertas dan menjadi sebuah karya. Mantap kan!

Tetapi menurut Masturah (2016) di dalam disertasinya yang berjudul "Terapi Menggambar dengan Pendekatan Person-centered untuk Meningkatkan Pemaafan Diri Narapidana" menyebutkan bahwa narapidana memiliki emosi negatif seperti rasa malu, bersalah, menyesal dan tidak menerima diri. Sedangkan pemaafan diri merupakan cara untuk mengatasi emosi negatif. Tetapi menggambar ini dapat membantu para napi mengekspresikan emosi yang selama ini terpendam dan lebih mengenali diri sehingga meningkatkan pemaafan diri. Hasilnya, beliau menyimpulkan bahwa terapi menggambar tidak berpengaruh secara significan.

Meskipun hasilnya kurang signifikan, tetapi jika dilihat dari pelaksanannya di situ ada proses yang dijalani dalam mengekspresikan emosi negatif tersebut.

...

Gimana folks, sudah pernah mencoba metode tersebut? Jika sudah tetapi nggak ada efek menyembuhkan atau kita nggak merasakan manfaatnya kalian nggak usah risau, semua itu perlu waktu, self-healing juga perlu waktu tapi kalau memang dirasa kasusnya cukup serius, mungkin kalian bisa coba datang ke psikolog atau psikiater. Jangan takut, jangan minder, semua sakit itu ada obatnya. 

Cheerio~

  • Share:

You Might Also Like

0 comments