Semua yang tinggal pasti akan pulang.
Semua yang singgah pasti akan berpindah.
Semua yang bersama kelak akan berpisah.
Perpisahan mengantarkan kita pada sebuah kelana lembaran kisah baru.
Putih, bersih, tak begurat, dan tak retak.
Belum.
Sebab masih mencari-cari kemana langkah harus segera mengambil arah, entah itu menuju setapak laju yang tabirnya pun masih tak karuan wujud dan rasanya.
Pertemanan tercipta begitu murni layaknya guratan kecil di permukaan pasir pantai yang lambat laun curahan air hujan mengalir menuju sang empu penampung. Lautan. Alami tanpa sentuhan tangan manusia.
Dalam kelana asa tak berupa, tak berujung, dan tak karuan ini, orang datang dan pergi silih berganti. Dalam kelana pena pertama, orang baru hadir, cerita baru tertuang, memori baru terbentuk oleh gumpalan interakti tanpa jeda antara kita. Begitu seterusnya.
Yang indah tentu takkan pernah terenyah, yang buruk pun belum tentu tak baik untuk diri. Hikmah selalu ada pada setiap cerita, pada setiap manusia, pada setiap sengatan kecil kerinduan akan sosoknya, akan sosok mereka.
Tak bisa dipungkiri, Puan pernah bilang bahwa katanya,
"Hidup itu adil, bahkan sangat adil."
Lagi, jangan hanya melihat dari sebuah stetoskop mungil milikmu. Telaahlah, dan telitilah dari berbagai sudut. Sudut yang bahkan sebelumnya tak pernah kita perhatikan.
Hidup itu lucu, lucu sekali. Tatkala diri begitu menghindari suatu hal, justru Tuhan hadirkan di dalam hidup. Ya, cinta. Itu adalah hal yang selalu diri hindari sejak dahulu, sebab rasa takut selalu menghantui.
Sesederhana kata takut namun menghancurkan masa yang ada. Takut sekali jika hidup bisa hancur, berserakan, akibat pikiran kalut dan rasa takut yang menghantui diri akan imaji yang sosoknya pun bahkan seperti hantu. Tak ada. Tak berwujud. Namun begitu terasa.
Tak pernah meminta apa yang tak diharap walau nyatanya seringkali yang berusaha dihindari disuguhkan tepat depan diri yang sudah jelas tak ada pertahanan dalam bentuk kuda-kuda mantap. Tak pernah.
Ahhh... jadi teringat salah satu kalimat dari the next kandidat buku favoritku, The Alchemist karya Paulo Coelho.
"Hidup ini adalah saat yang kita jalani sekarang ini" - Paulo Coelho (The Alchemist)
Namanya juga hidup.
Serunya, letak ketidaksempurnaan manusia adalah ketidaktahuan dan ketidakberdayaannya yang berkelana tanpa jeda, mampu mengantarkan kita kepada titik penyadaran dimana sesungguhnya hanya Dialah yang bisa diajak berdiskusi asyik di tengah sunyinya malam. Mengembarakan asa dan harap, melangitkan rasa serta merapalkan mantra sakti berupa doa sembari menitikkan - yang katanya air mata tapi justru lebih dari itu - sebuah bukti kejujuran hati dan ketulusan jiwa.
Semua perjalanan yang tak singkat ini takkan pernah terjadi tanpa campur tangan Sang Pencipta. Aku ucapkan syukur dan terima kasih sebesar-besarnya juga kepada kedua orang tua yang selalu mendukungku dari berbagai sisi dan aspek. I love you to the galaxy and never coming back, my beloved mom and dad.
Ya, merekalah orang tua. Sosok yang selalu berada di sisiku bahkan sebelum diriku lahir menjadi sesosok gadis mungil dalam buaian.
Banyak yang mengira bahwa keputusan mereka itu sangat mengganggu. Bila ada kesempatan menyeruak, rasanya terlalu mengolok dalam ketidakberdayaan, tetapi nyatanya mereka belajar dan memperhatikan. Yang awalnya begitu menakutkan untuk berdiskusi dan bercerita, kini menjadi tempat pertama untuk bersandar, tepat setelah Dia. Namun akan selalu menjadi tempat pertama untuk pulang, karena sebenar-benarnya rumah di dunia ini ya mereka, sebelum nantinya, dikembalikan lagi kepada Sang Pemilik.
Aneh ya, manusia itu suka sekali pertemuan, apalagi di awal waktu. Mereka tak pernah meragukan hal tersebut. Kenangan akan indahnya kebersamaan selalu menjadi hal yang menyenangkan untuk diingat. Begitu pula memori asam akan kepahitan, yang kalau disuruh memilih lebih baik tidak merasa.
Aku jadi teringat kembali salah satu quotes andalan yang aku ambil dari salah satu buku favoritku sepanjang masa (kayaknya), yang berjudul "Tentang Kamu" karya Tere Liye. Tentang temu dan pisah, yang katanya,
"Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi."
Aku tahu betul bahwa di dalam setiap pertemuan sudah jelas ada perpisahan. Dan perpisahan tidak selamanya melulu tentang kepergian dua atau lebih jiwa. Yang berpisah itu jarak, keberadaan bisa dihadirkan dengan cinta. Justru, itulah salah satu seni dalam kehidupan. OlehNya, kita dipertemukan, saling bercengkrama hingga batas waktu yang telah ditentukan. Bagaimanapun juga, lebih banyak yang bisa disyukuri ketimbang dieluhkan, lebih banyak manisnya ketimbang pahitnya, lebih banyak senangnya ketimbang sedihnya. Karena hidup itu lucu, maka tertawakanlah.
Manusia beranjak dari satu titik ke titik lainnya. Datang ke stasiun satu untuk sampai di stasiun lainnya. Berkunjung ke satu terminal hendak berangkat ke terminal lainnya.
Ya...
Hakikatnya, manusia itu pengembara. Manusia itu perlu berkelana agar tahu bagaimana rasanya melewati rentang waktu di dalam setiap masa. Manusia perlu bertanya-tanya agar mereka bisa tetap waras.
Iya, lagi-lagi aku kembali diingatkan oleh salah quotes yang sering dilontarkan oleh temanku, Kak Fitria a.k.a. duchess klaten. Beliaulah yang selalu mengingatanku tentang masa dan manusia.
Tentang temu dan pisah.
Pertemuan kita waktu itu memang sesaat, rasanya hitungan menit pun tidak, karena saking asyiknya bercengkrama, bersenda gurau namun juga belajar sambil berjalan. Seru sekali. Oleh karenanya tak bisa aku bersedih atas perpisahan kita, rasa syukur selalu kupanjatkan sambil tersenyum.
Untuk kalian yang sudah hadir di dalam hidupku. Untuk kalian yang pernah hadir di dalam hidupku. Untuk kalian yang hanya singgah kemudian pergi dari hidupku. Untuk kalian yang akhirnya memutuskan untuk tinggal di dalam hidupku dan bersemayam di dalam hatiku, aku ucapkan terima kasih banyak. Kalian sudah dan terus akan mewarnai lika-liku panjangnya perjalanan hidupku yang justru katanya malah singkat ini.
"Rentang waktu manusia tinggal di bumi memang singkat, yang membuatnya panjang itu bukan jumlah banyak durasinya, tapi makna yang tersimpan di setiap jengkal ceritanya, dan bukan pula tentang banyak atau sedikitnya waktu yang dimiliki, tapi apa yang kita isi dari waktu itu sendiri."
Sekian dan terima kasih sudah menyempatkan waktu luangmu untuk membaca tulisan ini.
Have a great day fellas.
~Cheerio!